Thursday, September 6, 2012

Bahayanya Membuka Mulut

         Dalam Parlement kepemerintahan, adu argument atau adu mulut sudah menjadi pemadangan yg biasa kita lihat di perlement kepemerintahan kita, yg ujung-2nya berakhir dengan adu jotos, dan masalah pun akhirnya tidak menemukan jalan keluarnya.

ada sebuah cerita di mana dahulu kala ada seorang Raja yg di jengkelkan oleh salah satu anggota dewan yg senantiasa ngotot dalam bicara, dan selalu mempertahankan apa yang di yakininya, bahkan ketika Raja sedang rapat membahas suatu masalah kenegaraan yg sangat penting, kata2 Raja pun terpotong dan terhenti karena ocehan-2 dari anggota dewan yg menyita waktu dan  akhirnya sidang pun di tunda sementara tanpa sebuah keputusan.

di sela2 kejengkelan dan kepenatan Raja tentang bagaimana menangani anggota dewannya yg pandai bicara, Raja pun duduk di depan halaman istana yg luas, sambil menikmati pemandangan di halaman istananya, di lihatnya di luar pagar istana kerajaan ada seorang laki2 paruh baya yg sedang di kerumunin anak2 kecil yg memberikan uang recehan kepada laki2 tersebut dan meminta sebuah ayam sambil menunjuk kepada semak belukar, si laki2 paruh baya itu pun menegeluarkan kerikil2 dari dalam tasnya, dan mulai menembakan kerikil-2 tersebut dengan tulupan, satu demi satu ranting semak belukar yg di tunjuki anak2 tersebut berjatuhan, hingga akhirnya membentuk se'ekor ayam, lalau anak2 itu pun bersorak gembira, dan kembali mereka memberikan uang recehan kepada laki2 paruh baya tersebut dan meminta se'ekor gajah sambil menujuk semak belukar yg lebih besar, dan laki2 itu pun kembali beraksi hingga semak belukar itu pun akhirnya membentuk se'ekor gajah, dan anak2 pun bersorak gembira, sehingga ketika pertunjukan itu berakhir Raja merasa mendapatkan ide darinya, maka ia pun akhirnya menghampiri si laki2 paruh baya tersebut dan berbicara kepadanya.

kau akan ku berikan emas dan banyak harta jika kau mau bekerja sama denganku, siasatnya begini kata Raja sambil membisikkan sesautu kepada laki2 tersebut, si laki2 paruh baya itu pun mengangukan kepada raja dan menyanggupinya.

selang beberapa jam setelah itu sidang kembali di buka, kali ini di sudut ruangan tampak sebuah tirai hitam yg transparant yg tidak menampakan sosok di dalamnya.

sidang pun kembali di buka, dan tentu saja salah satu anggota dengan yg terkenal sok pintar dan paling banyak menyela pembicaraan orang kembali menajadi perhatian semua dewan dan raja, ia kembali membuka mulut pertama sebelum Raja dan orang lain mendapat kesempatan bicara.

ketika ia membuka mulut untuk pertama kalinya, di rasakannya ada sesuatu yg lembut yg masuk ke dalam mulutnya dan meluncur ke dalam kerongkongannya, tapi ia tidak menghiraukan gangguan kecil semacam itu, ia pun melanjutkan tuk berbiacara paling awal, dan ketika ada anggota dewan yg menimpali, ia kembali membuka mulut untuk ke dua kalinya, ia kembali merasakan ada sesuatu yg lembut masuk ke dalam mulutnya, tp itu tdk menghentikannya untuk terus mengoceh, dan semakin banyak ia mengoceh, semakin banyak sesuatu yg masuk ke dalam mulutnya dan meluncur ke dalam kerongkongan, dan perutnya, hingga ketika sidang mencapai puncak, akhirnya anggota dewan yg pandai membuka mulut itu sudah tak tertahankan lagi, ia pun menahan perutnya, sambil terus membuka mulut, tapi akhirnya ia menyerah dan segera pergi sambil menahan perut dan mulutnya yg hampir muntah, hingga untuk beberapa waktu lamanya sidang pun akhirnya berjalan lebih tertib tanpa kehadiran orang tersebut, hingga Raja pun akhirnya dapat membuat keputusan yg bijak dan sidang pun selesai.

setelah sidang selesai dan semua anggota dean bubar, Raja pun menhampiri tirai hitam di sudut rungan sidang, dan di bukanya tirai tersebut yg ternyata di dalamnya ada seorang laki2 paruh baya yang menyambut Raja dengan senyuman, Raja pun tertawa karena di lihatnya kantong tas plastik yg asalnya berisi penuh tahi ayam hampir habis karena di jadikan amunisi untuk menembak ke arah mulut anggota dewan yg banyak membuka mulut.

selama berminggu2 setelah itu anggota dewan yg sering ngoceh tak karuan itu pun hilang dari peredaran, dan sidang pun selalu berjalan lancar tanpa kehadirannya, hingga pada akhirnya anggota dewan itu pun kembali hadir pada sidang berikutnya, tapi kali ini ia jadi pendiam, dan kalau pun bicara ia akan menutupi mulutnya dengan sangat hati-hati dan penuh pemikiran.

barangkali kehadiran penembak jitu di sudut ruangan sidang di perlukan untuk meredam mereka yg pintar membuka mulut, hehehe salam persaudaraan.

No comments:

Post a Comment