Friday, September 7, 2012

Iman Buta

Ketika kita bertambah tua, penglihatan mulai kabur, pendengaran mulai berkurang, rambut rontok, ggi palsu mulai menancap, kaki makin melemah dan tangan semakin gemetaran.
namun ada bagian dari anatomi tubuh kita yg semakin kuat dri tahun ke tahun, yaitu mulut kita yg bawel ini.

itulah sebabnya kenapa warga negara kita bertela-tela dan paling pintar dalam masalah berkomentar, dan mungkin memenuhi sarat sebagai politikus pada usia senja.

Dahulu Kala terdapatlah seorang Raja yang kewalahan dengan para mentrinya. mereka terlalu banyak membantah dengan argument dan keyakinan masing-masing,mengikuti apa yg di yakininya, mereka masing-masing merasa dirinya yang paling benar dan yang lainnya salah.

suatusaat Raja mengajak para meneterinya untuk melihat sebuah pertunjukan, akrobatik sirkus, dll, dan di akhir pertunjukan Raja menuntun sendiri se'ekor gajah ke arena pertunjukan, di ikuti oleh enam orang yang buta sejak lahir.

Raja menuntun orang buta pertama, menuntunnya untuk membelai belalai gajah dan mengatakan kepadanya bahwa itu adalah se'ekor gajah.

Raja lalu menuntun orang buta yg ke dua, untuk meraba gading sang gajah.
orang ketiga meraba kupingnya.
orang buta ke empat  meraba badannya.
orang buta ke lima meraba kakinya.
orang buta ke enam meraba ekornya.
lalu Raja menyuruh orang buta pertama untuk menyebutkan dengan lantang seperti apakah gajah itu ?

menurut pertimbangan dan pendapat saya yang ahli ini, kata si buta pertama yg meraba belalai gajah, saya nyatakan dengan penuh keyakinan bahwa se'ekor gajah itu adalah sejenis ular phyton yg besar.

omong kosong kata si buta yg ke dua, yang meraba gadingnya, se'ekor gajah terlalu keras untuk di sebut sebagai ular, fakta saya, dan saya tidak pernah salah bahwa gajah itu seperti bajak petani.

jangan melucu kata si buta yg ketiga yg meraba kupingnya, se'ekor gajah adalah seperti kipas buat raja yg begitu besar dan lebar.

kalian idiot, kata si buta yg ke empat yg meraba tubuh gajah, se'ekor gajah adalah seperti batu karang yang besar.

mustahil, kata si buta yg ke lima, yang meraba kakinya, saya menyatakan bahwa gajah itu seperti pohon yang kokoh dan menancap di bumi.

parah kata si buta yg ke enam yg meraba ekornya, semua pendapat kalian salah, pendapatkulah yg paling benar, bahwa gajah itu seperti pecut atau cameti untuk mengusir lalat, karena saya dapat merasakannya.

sampah gajah itu se'ekor ular, tidak gajah itu seperti batu, bodoh gajah itu seperti pohon, dan para buta itu mulai membantah satu sama lain, semuanya bicara berbarengan mempertahankan keyakinannya masing-masing, menyebabkan kata-kata berubah menjadi teriakan yang lantang dan panjang, sampai akhirnya ketika hina'an dan cela'an mulai muncul, maka ahirnya mereka pun akhirnya adu jotos, dan perkelahian pun meledak, mereka berjuang demi keyakinannya masing masing, demi integritas, demi kebenaran.

saat para prajurit melerai pertengkaran mereka, maka para hadirin dan para menteri kerajaan serta merta diam terpaku melihat kejadian tersebut, dan wajah para menteri tampak malu melihat kejadian tersebut. setiap orang akhirnya dapat menangkap pesan yang di sampaikan oleh Raja pada kesempatan itu.

bahwa masing-masing dari kita baru mengenali kebenaran dari satu sisi saja, bila kita memegang teguh apa yg kita pahami sebagai suatu kebenaran yang mutlak maka tidak ubahnya seperti salah satu buta yang meraba salah satu bagian dari gajah.

yang lebih parahnya lagi, pengetahuan yang terbatas, tapi meresa yakin bahwa apa yg di pahaminya itu benar, lalu ia pintar berdialog dan pintar bekata-kata, dan berani mengambil sebuah kesimpulan atas pemahamannya itu maka pastilah akan mendatangkan keributan dan adu argument dengan mereka yang tidak sepaham, maka seperti cerita tentang ke enam orang buta tersebut, ada baiknya pengalaman dan pengetahuan mereka masing2 di gabung dan di jadikan data-data untuk menyimpulkan apa itu gajah.
gajah itu seperti se'ekor ular yang di apit oleh dua bajak petani, di topang ke empat batang pohon, di depannya ada dua kipas, dan di tengahnya ada batu karang yang besar, dan di ujungnya ada pecut pengusir lalat, bukan gambaran yg buruk untuk se'ekor gajah bagi orang yang belum pernah melihat sama sekali.




No comments:

Post a Comment