Saturday, June 25, 2011

TIPS : MEMBUAT NOVEL SENDIRI


MAU BIKIN NOVEL?

Membuat novel memang sudah pasti akan membutuhkan energi dan waktu yang lebih banyak dibandingkan membuat tulisan pendek seperti cerpen atau artikel. Secara garis besar yang perlu dilakukan dalam menulis novel – atau buku – adalah:

* Langkah pertama: mencari/mendapatkan ide

* Langkah kedua: ide dikembangkan menjadi sinopsis. Di tahap ini kita juga sudah harus menentukan karakteristik para tokohnya.

* Langkah ketiga: sinopsis dikembangkan menjadi storyline

* Langkah keempat: storyline dikembangkan menjadi draft awal

* Langkah kelima: draft awal disempurnakan untuk menjadi draft akhir



Novel adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia. Tulisan ini dibuat sangat panjang. Sebuah novel bisa memuat hurup sampai ratusan ribu karakter, bahkan bila novel dibuat secara berseri, hurup-hurup yang dimuat bisa mencapai jutaan karakter. Setiap seri dalam novel selalu saling berhubungan antara seri pertama dengan terakhir. Seperti dalam novel Harry Pooter, karya J.K Rawling.

Setiap novel memiliki minimal lima buah unsur. Unsur pertama adalah peristiwa. Unsur itulah yang menjadi inti cerita. Unsur kedua adalah pemeran. Pemeran itulah yang menjalan peristiwa itu. Unsur ketiga adalah tempat. Pemeran menjalankan peristiwa itu di suatu tempat. Unsur keempat adalah waktu. Peristiwa dijalankan oleh pemeran dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Unsur kelima adalah alat, jika saat menjalankan peristiwa itu menggunakan satu atau dua buah alat.

Kelima unsur itu bisa disebut sebagai nyawa. Karena unsur itulah yang membuat tulisan itu hidup dan menarik untuk dibaca. Karena itu unsur-unsur itu harus digambarkan dengan jelas. Novel yang tidak menggambarkan dengan jelas tidak menarik untuk dibaca. Maka tak heran kalau banyak pembaca yang tidak mengerti dan kebingungan dengan jalan cerita dalam novel itu. Atau istilan orang tidak jelas ujung pangkalnya.

Novel yang baik tidak hanya menggambarkan sebuah peristiwa, tetapi menggambarkan juga peritiwa lain, dimana semua peristiwa itu saling berhubungan. Dan semua peristiwa yang dianggap menarik oleh penulisnya untuk disajikan kepada pembaca. Peristiwa itulah yang dijadikan sebagai beberapa inti cerita. Semua inti cerita itu kemudian dikembangkan lagi dengan gambaran lain sebagai pelengkapnya.

Karena menggambarkan berbagai inti cerita, maka jumlah pemeran pada sebuah novel tidak hanya beberapa orang saja, bisa lebih dari sepuluh orang. Meski pemeran dalam sebuah novel banyak, tetapi pemeran utamanya tidak lebih dari dua orang, misalnya seorang laki-laki dan seorang perempuan, atau seorang adik dan seorang kakak. Sedangkan yang lain hanya sebagai pemeran pembantu.

Kurun waktu dalam sebuah novel tergantung dari peristiwa yang digambarkan. Bisa panjang, misalnya beberapa tahun atau bertahun-tahun. Bisa juga singkat, misalnya beberapa hari atau berhari-hari, beberapa jam atau berjam-jam. Itu tergantung dari kelihaian penulis. Yang pasti semua peristiwa setiap waktunya saling berhubungan mulai dari awal hingga akhir.

Demikian juga dengan tempat kejadiannya. Tempat kejadian yang digambarkan dalam sebuah novel umumnya banyak, misalnya lima tempat atau lebih. Meski menggambarkan beberapa tempat, tempat gambaran itu pada akhirnya saling berhubungan. Misalnya ada sepasang remaja. Hubungan mereka didak direstui orang tuanya. Agar bisa bertemu mereka mencari cara masing-masing, di rumah masing. Pada akhirnya mereka bisa bertemu dengan mengelabui orang tua masing-masing.

Sama seperti cerpen, bahasa dalam novel juga tergantung dari golongan pembaca. Untuk pembaca di Indonesia, tentu saja harus dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun seringkali bahasa dalam novel harus disesuaikan dengan trend. Maka timbulah istilah bahasa gaul. Bahasa yang tidak mencerminkan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi itulah tuntutan. Yang pasti bahasa dalam novel harus dibuat singkat, padat dan jelas serta sesuai dengan keinginan pembaca.

MANUSIA DAN ALIENS

           Ketika Allah bersabda dalam (q.s 2 : 30) bahwa; “Aku hendak menjadikan seorang kholifah” maka malaikat pun bertanya kepada Allah, “Mengapa Engkau jadikan kholifah itu dari orang-orang yang suka melakukan kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi ini?” dari pernyataan ayat tersebut di atas maka bagi orang yang berpikir luas maka tentunya ayat tersebut tentunya akan menjadi sebuah bukti kuat bahwa telah ada banyak manusia sebelum Adam di jadikan  kholifah, pernyataan itu tentunya berdasar kepada pertanyaan yang di lontarkan oleh para malaikat yang bertanya, bahwa orang-orang sebelum Adam ada suka melakukan pertumpahan darah dan kerusakan di muka bumi, karena bagaimana mungkin malaikat mempertanyakan kebijakan Allah kalau tidak pernah terjadi kerusakkan dan pertumpahan darah yang di lakukan orang-orang sebelum Adam, artinya Adam bukan manusia pertama yang di ciptakan Allah di muka bumi ini.
          Banyak orang islam yang terjebak dalam penempatan kata yang salah yang berakibat patal kepada pembodohan ummat, padahal dengan terang dalam suatu ayat lain dalam q.s 30 :22 Allah menjelaskan bahwa; Allah menciptakan manusia berbeda-beda warna kulit dan bahasa, dan berjodoh-jodoh, artinya bahwa Allah tidak menciptakan manusia hanya sejodoh (Adam & Hawa) saja, tapi Allah menciptakan manusia berjodoh-jodoh, artinya Allah menciptakan banyak manusia, lalu Allah jadikan Adam sebagai kholifah di muka bumi ini, namun kenyataan ayat tersebut kini menjadi terbalik, karena yang di pahami oleh orang-orang pada umumnya adalah di ciptakan Adam dan Hawa lalu di jadikan ia berjodoh-jodoh, padahal ayat yang sebenarnya adalah di ciptakan manusia berjodoh-jodoh (q.s 30 : 22) lalu di jadikan Adam sebagai kholifah (q.s 2 : 30),namun kini manusia telah banyak yang memutar balikan fakta dan kenyataan dan itulah yang menjadi sebab mundurnya islam dalam segi apa pun, bahwakan Nabi pun pernah mengatakan bahwa bahasa anak adalah bahasa ibunya, maka kalau Adam ini adalah manusia pertama dengan maksud cikal bakal ras manusia maka semua bahasa dunia hanya satu, maka tentunya akan terjadi pembodohan ummat manusia ketika Adam masih di yakini sebagai manusia pertama, bahkan kata kholifah itu sendiri arti yang sebenarnya bukanlah pemimpin tapi pengganti, artinya telah banyak Adam-Adam sebelum itu, karena di situ di katakana kalau Adama itu adalah pengganti (kholifah) dari adam-adam sebelumnya, entah sudah melewati masa berapa juta tahun bumi yang kita tinggali ini, bahkan mungkin sudah melewati masa miliaran tahun, karena tidak ada seorang pun manusia yang dapat mengetahui secara pasti tentang apa-apa yang pernah di ciptakan Allah di dunia ini, karena manusia hanya bisa menduga-duga dengan melakukan hipotesa berdasarkan kepada bukti-bukti yang ada, seperti yang di katakan dalam surat An-Najm bahwa bintang atau matrahari itu adalah alat untuk menduga-duga tentang besarnya kekuasaan Allah yang tak terbatas, namun pengertian ayat tersebut oleh para ulama di artikan bahwa bintang atau matahari itu sebagai alat untuk pelempar syetan, lalu sebesar apa syetannya kalau bintang atau matahari di jadikan alat pelempar syetan ? maka jelaslah dalam hal ini bahwa begitu banyak ayat al-qur’an yang telah menyimpang kedudukan makna yang sebenarnya, untuk itulah maka hendaklah kita membuka mata dan jangan menutup (kufur) diri dalam satu pandangan saja.
            Dalam perkataan lain rosul menjelaskan bahwa manusia itu di ciptakan lebih sempurna dari makhluq lainnya, namun banyak orang yang menganggap bahwa makhluq lainnya tersebut di maksudkan kepada hewan atau binatang, padahal derajat manusia lebih tinggi dari hewan atau binatang, tentu pernyataan itu tentu saja sama dengan merendahkan harkat dan derajat manusia jika maksud dari mahkluq lainnya itu adalah binatang atau hewan, padahal yang di maksud dengan makhluq lainnya itu adalah aliens, karena dalam ayat lain rosul menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluq yang bernaung di antara langit dan bumi (ardun), dan ardun di situ bukan dalam arti bumi yang kita tinggali saja, tapi juga planet-planet di luar bumi, karena ketika Allah menciptakan unsure ardun (planet) maka itu artinya ada makhluq dan ada kehidupan di atasnya, karena tidak ada ciptataan Allah yang sia-sia di dunia ini, jadi kalau planet-planet itu di ciptakan Allah tanpa penghuni maka itu sama halnya penciptaan planet-planet tersebut sia-sia, dan itu artinya bahwa adanya makhluk-makhluk sejenis manusia di luar bumi itu adalah benar adanya dan mereka benar-benar nyata, bahkan mungkin jenis dan ragamnya jutaan bahkan miliaran dengan melihat banyaknya bintang yang ada di jagat raya ini, akal pikiran kita tidak akan pernah bisa menjangkau kekuasaan Allah dan besarnya kekuasaan Allah yang ada di dunia ini, membuktikan kalau Allah maha besar.
         Jadi pengertian dalam (q.s 2 : 30) tersebut menjelaskan kepada kita bahwa telah ada banyak orang yang melakukan pertumpahan darah dan kerusakan di muka ardun (planet) ini sebelum Adam di jadikan kholifah, dan pengertian ardun dalam ayat tersebut bukan berarti bumi yang kita tinggali saja, tapi juga ardun atau bumi-bumi di luat planet kita, maka bias jadi bentuk manusia di zaman sekarang pun adalah bentuk-bentuk dari penyempurnaan dari makhluq-makluq manusia sebelumnya, karena kita pun adalah Adam yaitu pengganti dari manusia-manusia sebelum kita, dan kalau kita melakukan hipotesa dari bukti-bukti yang ada tentang fosil anunnaki dan fosil manusia raksasa pada zaman atlantik, maka bisa jadi manusia hari ini adalah hasil dari kawin silang antara manusia raksasa dengan anunnaki (aliens dari planet nibiru) karena manusia yang hidup pada zaman sekarang ini adalah pengganti.

SHOLAT YANG CELAKA

“Fawaelul lil mushollin, alladzinahum ang sholatihin sahun”
“maka celakalah orang yang sholat, yaitu orang yang riya dalam sholatnya”

       Kutipan ayat tersebut di atas harusnya menjadi petunjuk bagi orang-orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah (ilmu Allah), karena sholat yang di maksud dalam kutipan ayat tersebut di atas adalah sholat yang di laksanakan dengan maksud ria, dan kata ria adalah persamaan dengan kata sombong, lalu seperti apakah kriteria orang-orang yang ria atau sombong dalam sholatnya ?
       Sholat artinya adalah hubungan, yaitu suatu kontak langsung dengan kekuasaan Allah yang ada di dalam diri manusia, karena kekuasaan Allah itu ada di luar diri manusia yang paling dalam dan ada di dalam diri manusia yang paling dalam, karena Allah itu maha ghaib yang tidak bisa di pikirkan oleh akal pikiran manusia bagaimana eksistensi-Nya dalam diri manusia, jadi untuk bisa sholat atau berhubungan dengan Allah maka rosul menekankan kepada ummatnya untuk mengenali diri sendiri terlebih dahulu, karena barang siapa yang mengenali dirinya maka ia akan mengenali siapa Tuhannya, karena di dalam diri manusia yang paling dalam itu ada ruh atau jiwa yang di tiupkan saat janin berusia seratus hari dalam kandungan, dan ruh itu adalah bagian atau kekuasaan Allah yang di tiupkan ke dalam diri manusia sebagai media untuk berhubungan (sholat) dengan Allah.
       Maka sholat yang sebenarnya adalah kontaknya jiwa yang ada dalam diri manusia yang paling dalam dengan kekuasaan Allah yang berada di luar diri yang paling luar, dan tekhniknya adalah islam atau menyerahkan seluruh rasa-perasaan hati, pikiran dan nafsu yang ada dalam diri kita kepada Allah, itulah mengapa Nabi selalu mengatakan untuk masuk islam secara keseluruhan, maksudnya adalah menyerahkan (islam) seluruh rasa-perasaan hati, pikiran, dan nafsu kita kepada Allah, namun ketika orang melaksanakan sholat dalam bentuk ritual yang biasa di lakukan oleh ummat yang beragama islam, maka sholatnya tersebut sebenarnya sholat yang riya atau sombong, karena dirinya tidak benar-benar menyerahkan seluruh rasa-perasaan hati, pikiran dan nafsunya kepada Allah, itu terbukti karena ia masih membenci dan mencela orang lain yang tidak melaksanakan sholat seperti yang di lakukannya, harusnya sholat yang khusu itu adalah sholat yang di sibukkan untuk mengkoreksi dirinya sendiri, karena sholat yang khusu itu berarti dirinya sudah tidak memikirkan kesalahan dan kesesatan yang di lakukan oleh orang lain, karena ia akan di sibukkan oleh koreksi dirinya sendiri, itulah makna khusu yang sebenarnya, sementara kita lihat dalam kenyataan hidup ini banyak orang yang melaksanakan sholat ritual tapi hatinya sendiri masih membenci orang lain yang tidak melaksanakan sholat ritual, apakah itu yang di sebut sholat yang khusu ?
         Benar seperti apa yang di katakan oleh rosul bahwa penyakit mental itu tidak akan di sadari oleh dirinya sendiri, ia sering kali menuduh sesat kepada orang lain, tanpa dia sadari bahwa hatinya tersesat dengan membenci orang yang tidak melaksanakan sholat, lalu apa sebenarnya tujuan dari sholat itu ? dan bagaimana sholat yang khusu itu ?
        Seperti yang di jelaskan Nabi dalam ayat berikut;
“Assholatutanha anil pahsa’i wal munkar”
“Sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar”.
          Artinya bahwa sholat itu sebenarna adalah sebuah pondasi untuk membangun mental yang sehat atau “karakter building” agar dengan sholatnya itu tercipta (akhlaq) suatu jiwa yang sehat, maka dengan itu Nabi pun menjelaskan bahwa “Assholatu imadud din” namun pengertian “Din” di sini seperti yang saya terangkan sebelumnya din itu bukanlah Agama tapi jiwa, jadi artinya adalah bahwa “Sholat itu adalah tiangnya jiwa”, yaitu suatu cara agar terbentuknya bangunan mental yang sehat, sehingga dengan sholat itu ia tidak akan membenci orang lain hanya karena ia tidak sepaham denganya, dengan sholatnya itu ia tidak akan membenci perbedaan dan ia tidak akan membenci orang lain yang tidak melaksanakan sholat ritual, karena ia khusu dengan sholatnya, dan tentunya pengertian khusu di sini artinya bahwa sholatnya itu hanya akan di ketahui oleh dirinya sendiri dan Allah, karena sholat yang khusu itu adalah hubungan dirinya sendiri dengan Allah, jadi untuk apa ia menilai orang lain yang tidak melaksanakan sholat ritual ? dan untuk apa kita menyuruh orang lain untuk melaksanakan sholat ritual ? karena sholat itu adalah kepentingan dan kebutuhan dirinya sendiri yang butuh untuk berhubungan dengan Allah, jadi mereka yang masih suka menyuruh-nyuruh orang lain untuk sholat ritual dan mereka yang masih membenci orang lain yang tidak melaksanakan sholat ritual adalah orang-orang yang belum paham apa itu sholat ? karena tanpa di sadari olehnya bahwa sholat ritual yang biasa di lakukannya setiap hari bukanlah sholat yang khusu malinkan sholat yang riya yang di tujukan untuk kesombongan dirinya, dan tanpa ia sadari bahwa ia sebenarnya bukanlah melaksanakan sholat tapi melaksanakan tradisinya orang-orang musyrik quraish yang telah berlaku sejak dahulu (lihat dalam surat al-quraish), karena sholat ritual yang menghadapkan wajah ke kiblat (ka’bah) itu bukanlah syariat tapi tradisi orang musyrik quraish, dan sholat yang khusu adalah membangun karakter jiwanya.
        Maka bacalah diri kita sendiri (iqro) sebelum kita membaca orang lain, agar kita dapat mengetahui termasuk ke dalam kategori manakah sholat yang kita laksanakan ? apakah termasuk ke dalam kategori sholat yang khusu atau sholat yang celaka ? tanyakan itu kepada diri kita sendiri, karena ketika masih ada rasa benci di dalam hati kita dan ketika masih ada rasa tidak suka terhadap orang lain yang tidak melaksanakan sholat seperti yang di lakukannya maka itu artinya masih ada sifat keji dan munkar di dalam hati kita, karena semua perbuatan itu bermula dari dalam dirinya, terutama hatinya, lalu apakah sholat seperti itu dapat mencegah perbuatankeji dan munkar di dalam hati kita ? maka selama masih ada rasa benci dan rasa tidak suka terhadap orang lain yang tidak melaksanakan sholat ritual seperti yang biasa di lakukannya, itu artinya dirinya belum sholat, karena ia tidak dapat memcegah perbuatan keji dan munkar yang di awali oleh kebencian dan kedengkian hati, maka itu juga berarti sholat yang di laksanakannya selama ini adalah sholat yang celaka, karena sholat yang khusu itu adalah sholat yang di sibukkan oleh dirinya sendiri dan ia tidak akan membenci dan menilai sesat kepada orang lain hanya kerena dirinya tidak melaksanakan sholat ritual, dan bisa jadi orang yang di tuduhnya sesat adalah justru orang yang khusu dalam sholatnya, karena sholat yang khusu itu adalah kebutuhan dan kepentingan dirinya sendiri, jadi kita tidak perlu menilai sesat dan membenci orang yang tidak melaksanakan sholat ritual agar sholat yang kita lakukan tidak celaka di mata Allah, tapi selama kita masih bergunjing dan mencela orang lain yang tidak melaksanakan sholat ritual seperti yang kita lakukan, maka dapat di pastikan bahwa sholat yang kita lakukan selama ini adalah sholat yang celaka, maka cegahlah kebencian hati kita kepada orang lain karena itulah sholat yang khusu.
        

ANTARA SYARIAT DAN TRADISI

       Di dalam ajaran islam ada empat tingkatan ilmu yaitu; 1.syariat, 2.thariqat, 3.haqiqat, dan 4.ma’rifat,
1.       
         1. Syariat adalah jalananya pikiran dalam memahami ilmu Allah.
2.         2. Thariqat adalah jalannya hati dalam memahami ilmu Allah.
3.         3. Haqiqat adalah jalannya rasa diri yang kontak dengan kekuasaan Allah dalam diri.
4.         4. Ma’rifat adalah penyatuan dirinya dengan kekuasaan Allah.


      Tapi dalam kenyataan hidup manusia di dunia ini, kita bisa melihat bahwa ternyata masih ada pencampur adukkan antara syariat dengan tradisi orang-orang quraish, banyak orang yang mengaku dirinya islam tapi ia tidak bisa memisahkan antara syariat dengan tradisi, seperti halnya tentang sholat.
      Sholat adalah syariat islam, di mana rosul sendiri menganjurkan bahkan mewajibkan kita untuk sholat, tapi tahukan kita apa itu sholat ? saya merasa yakin tidak smua orang yang melakukan sholat tahu apa itu sholat, untuk itu maka Nabi pun menjelaskan dalam Al-qur’an,“fawaelul lil mushollin”maka celakalah orang yang sholat, pertanyaannya di sini sholat apakah yang membuat dirinya celaka ?
       Sholat berasal dari bahasa arab yang artinya Hubungan, contohnya Sholatu rahmi atau hubungan rahmat, yaitu suatu hubungan antar sesama manusia, namun sholat yang di maksud adalah hubungan manusia dengan Allah.
       Dalam surat Al-quraish Nabi menjelaskan bahwa sholat yang menghadap baitullah (ka’bah) itu adalah kebiasaannya orang-orang quraish sejak dahulu kala, jadi sholat menghadap kiblat itu adalah tradisinya orang-orang musyrik quraish, tapi dalam kenyataan hidup ini kita bisa menyaksikan banyak sekali orang islam yang melakukan sholat tapi juga masih melaksanakan tradisinya orang-orang quraish, apakah sholat seperti itu yang di lakukan oleh rosul ? ataukah itulah yang di maksud "celakalah untuk orang yang sholat ?" 
       Maka semua pertanyaan itu kembali kepada diri kita sendiri, karena ka’bah itu telah ada sebelum Ibrahim lahir, dan itu bukanlah syariat Ibrahim dan bukan pula syariatnya Nabi Muhammad, melainkan tradisinya orang-orang musyrik quraish, tapi dalam tentulah kebiasaan atau tradisi yang ters menerus di lakukan oleh diri kita akan mengendap menjadi sebuah adat atau sifat dan itu akan membentuk karakter yang mengakar kuat dalam diri kita, sehingga perasaan hati dan pikiran kita akan merasa berdosa kalau menggalkan tradisi itu, maka di sanalah letaknya makna berqurban untuk qorib dengan Allah, sanggupkah kita meninggalkan tradisi quraish ? dulu Ka'bah itu adalah lambang perempuan dan laki-laki, yang laki2nya  di lambangkan dengan batu hitam yg berbentuk kotak sedangkan lobang yang seringkali di tengok oleh kepala haji yg plontos adalah lambang vagina perempuannya. cobalah lihat gambar di bawah ini.

MAKNA DARI BULAN YANG TERBELAH DUA

           Di tempat lain di mana ketika seorang anak manusia biasa di bangkitkan untuk menjadi utusan Allah, maka Al-qur’an menyebutkan itu sebagai Iqtirabus Saa’ah ;
“Saat (Hari Qiyamat) sudah dekat waktunya, maka bulan pun terbelah. (Q.S 54 : 1).
           Lalu bagaimanakah bulan itu bisa terbelah? baiklah saya akan membicarakan hal ini supaya bisa lebih jelas, yang relevan dari ayat ini adalah bagian pertama ayat, seribu tiga raut tahun telah berlalu sejak hal tersebut di bicarakan dan diramalkan oleh rosul atau Nabi Ahmad (Muhammad) tentang ramalan terbelahnya bulan dan ramalan Qiyamat yanga akan datang tiga belas abad setelahnya, tapi Qiyamat dalam pandangan umum ternyata belum datang juga, meskipun yang dibicarakan oleh rosul tersebut adalah masanya Qiyamat besar  maka kalau kita tidak mengkajinya dengan teliti dan hanya melihat selewat saja akan tampak suatu hal yang tidak ada hubungannya antara Qiyamat besar dan terbelahnya bulan dan Nabi Ahmad (Muhammad) membucarakan bahwa itu sekurang-kurangnya akan terjadi 1300 tahun setelahnya, namun bulan terbelah saat Qiyamat besar belum juga terjadi.
         Sebenarnya saa’ah yang disebutkan disini tidak berarti kematian bagi seluruh alam dan manusia, saa’ah yang di maksud adalah suatu kehancuran pandangan lama dan suatu kebangkitan pandangan baru dalam alam diri manusia,dan itu berarti di turunkannya Nabi baru sebagai utusan Allah, ada pun yang dimaksud dengan terbelahnya bulan di sini sebenarnya adalah nubuwatan yang bertalian erat dengan kehancuran politik orang-orang musyrik Arabia,di dalam buku-buku yang berkenaan dalam ta’wil mimpi, bulan di artikan sebagai pemerintahan dan kekuatan politik, di mana kala itu pun terbukti dan terjadi kepada Nabi Ahmad (Muhammad) di mana kala itu kekuatan politik kaum musyrik arab dengan Negara Mekkahnya hancur, sedangkan di sisi lain Allah membangkitkan Negara Madinah di atasnya untuk menggantikan dan mengubah segala sistem hukum lama yang jahiliyah dengan hukum baru yang di bawa oleh rosul, maka itu pun bisa di maknai sebagai Qiyamat yaitu saat terbelahnya bulan menjadi dua bagian yaitu (Mekkah dan Madinah).
            Bahwa dalam impian ru’yah bulan berarti kekuatan politik atau pemerintahan atau seorang penguasa perorangan yang di percaya memangku kekuasaan tersebut adalah begitu terkenal dikalangan orang-orang arab sehingga pengikut agama yang lainnya pun men ta’wil kannya begitu,tercatat dalam sejarah bahwa menyusul setelah penaklukkan Khaibar (benteng kaum yahudi didekat madinah) tatkala safiah, yaitu putri dari dari seorang pemimpin yahudi yang terkemuka kawin dengan Nabi Ahmad (Muhammad), beliau melihat beberapa goresan panjang pada pipinya safiah,tatkala beliau menanyakan apa sebabnya? Maka safiah pun menjawab ; “suatu saat dalam mimpi, saya melihat ada bulan jatuh ke atas dari langit ke atas pangkuan saya, saya terkejut dengan mimpi itu, dan saya menanyakannya kepada suami saya yang juga menanyakannya kepada ayah saya, yang di pandang sebagai orang alim di antara kaum yahudi,tetapi pada saat ayah saya mendengar kabar tersebut, ia sangat marah dan memukul saya dengan keras pada muka saya sambil membentak: “jadi kamu ingin kawin dengan raja arab yang baru itu ? pukulan tersebut di lakukannya dengan kemarahan yang besar sehingga meninggalkan goresan abadi di muka saya ini, jadi terbelahnya bulan dalam arti apa pun di tunjukan kepada Nabi Ahmad atau (Muhammad), maka maksud dari terbelahnya bulan pada saat Qiyamat besar terjadi yang di ramalkan rosul bahwa itu akan terjadi 1300 tahun setelahnya akan menjadi sia-sia dan sebuah kebohongan yang nyata apabila Qiyamat dan terbelahnya bulan itu di artikan dalam wujud bentuk atau benda, karena sampai saat ini Qiyamat dan terbelahnya bulan dalam pengertian umum belum terjadi juga.
            Tiga belas abad setelah Rosul Muhammad (Ahamad) meninggal telah berlalu, maka pada tanggal 22-juni-1901 yaitu 12-robiul awal-1313 hijriah, lahirlah seorang anak manusia biasa pada tanggal dan bulan yang sama dengan tanggal dan bulan ketika Nabi Ahmad (Muhammad) di lahirkan 13 abad yang lalu, dan tentunya itu bukanlah suatu hal yang bisa di katakan kebetulan, karena semua yang ada di dunia ini memang atas kehendak dan kuasaNya, dan atas saran seorang kakek tua yang misterius pada saat itu,maka di namailah ia dengan nama Muhammad Subuh, di mana sebelumnya ia sempat di beri nama oleh ibunya dengan nama Soekarno, namun karena bayi itu sakit-sakitan, dan atas saran kekek tua tersebut untuk mengganti namanya, maka di gantilah namanya menjadi Muhammad Subuh, belakangan di ketahui bahwa kakek tua yang memberikan nama Muhammad Subuh itu ternyata  adalah sunan kali jaga yang telah meninggal ratusan tahun sebelumnya, sunan kali jaga inilah yang menciptakan wayang di tanah jawa ini, mungkin dalam islam sunan kali jaga ini di kenal dengan istilah Nabi Hidir, yaitu seorang Nabi yang selalu hadir di saat utusan-utusan besar di turunkan, dalam Agama Kristen ia di sebut sebagai Roh Qudus yaitu Roh Suci yang menjaga alam dunia ini, dan terbukti tidak lama setelah itu kekuatan politik pemerintahan jepang runtuh dan mundur dari negeri Indonesia yang tercinta ini, dan bangkitlah kemerdekaan pemerintahan Republik Indonesia (R.I) pada tahun 1945, namun pada tahun 1947 president dan wakil president RI di buang ke digul, dan pada saat yang sama itu juga Organisasi Kejiwaan Subud di dirikan dengan resmi pada tahun 1947, maka secara de facto dan de jure, Nege-Ri Indonesia ini sebenarnya adalah milik Organisasi Kejiwaan Subud, karena pada saat itu pemerintahan RI vacum, karena kepala dan wakil pemerintahannya tidak ada, dan apalah artinya sebuah organ tanpa kepala, maka pada saat itu sebenarnya telah terjadi suatu kebangkitan atau Qiyamat Ruhani untuk seluruh ummat manusia, yaitu untuk segenap manusia yang merindukan kedatangannya, saat itu seorang Imam di turunkan Allah untuk menjadi bapaknya semua ummat manusia tanpa mengenal batas Agama, Negara, dan bahasa, itulah yang di ramalkan Nabi tentang Imam Mahdi yang akan turun di zaman modern ini, dan beliau adalah pembuka pintu mihrab baru menuju suatu peribadatan yang lebih tinggi dari sebelumnya seperti yang pernah di jelaskan Nabi Ahmah (Muhammad) di dalam (Q.S 24 : 35), bahwa apa yang di bawanya dan di turunkannya bukanlah syariat yang telah ditutup oleh Nabi Ahmad (Muhammad) namun beliau adalah seorang tokoh pembuka menuju suatu pintu mihrab baru yang di sebut haqiqat atau cahaya di atas cahaya.

MASA BERLAKUNYA SUATU TERTIB KEROHANIAN

Al-qur’an meletakkan suatu asas bahwa setiap tertib yang berlandaskan rohani dapat menjadi ketinggalan zaman pada saatnya nanti atau orang-orang akan melupakan inti pesan yang ada di dalamnya, ia dapat menjadi ketinggalan zaman dengan dua cara ;
1.      Manusia telah mencampur adukkan hal-hal yang lain ke dalamnya, atau
2.      Ajarannya sudah tidak dapat lagi memenuhi syarat-syarat yang ada.
        Sebagai contoh kita memerlukan  seperangkat pakaian yang baru tatkala pakaian lama sudah robek dan begitu lusuh, sehingga ia tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan kita, atau kita memerlukan lagi baju baru bagi anak-anak yang sedang beranjak dewasa, sekali pun pakaian-pakaian lamanya tersebut masih bagus tapi pakaiannya tersebut menjadi kecil dan tidak muat lagi baginya.
          Begitu pula ajaran kerohanian yang berubah seiring perkembangan zaman karena terjadinya penyempitan makna yang terkandung didalamnya sehingga ia menjadi tidak murni lagi, atau ia berubah karena perubahan alam pikiran manusia dan kondisi-kondisi yang ada sehingga ajaran tersebut sudah tidak dapat lagi memenuhi tuntutan zaman.
         Peristiwa ajaran Tuhan tidak sesuai lagi, baik karena campur tangan manusia atau sebab-sebab lain, hanya terjadi jika memang Tuhan yang menghendaki agar ajaran itu tidak lagi dapat bekerja karena bila Tuhan menghendaki maka tentunya ajaran tersebut akan selalu ada dalam penjagaanNya, sehingga ia mampu menjawab tantangan zaman dan melemparkan penyelewengan-penyelewengan yang terkandung di dalamnya dengan perantara hambanya yang di bangkitkan (qiyamat) kembali untuk tujuan itu, akan tetapi setelah masa dispensasi berakhir, maka Tuhan tidak lagi mengacuhkannya walau pun banyak kesalahan-kesalahan masuk di dalamnya, contohnya saja ketika kita memiliki sebuah pakaian tua yang sudah tidak terpakai lagi, maka kita akan membiarkan  dan tidak peduli ketika anak-anak mengambilnya dan merobek-robeknya hanya untuk bersenang-senang atau membuat api unggun darinya, bahkan terkadang pakaian tersebut hanya jadi kesetan saja, begitu pun Allah yang akan membiarkan manusia mencampuri sejumlah ajaranNya hanya bila ajaran tersebut sudah tidak di perlukan lagi, dan sudah tidak dapat memenuhi tuntutan zaman, sehingga Allah tidak peduli ketika orang-orang berebut faham dan merusak faham-faham yang ada di dalamnya untuk kepentingannya masing-masing, dan itu bisa terjadi bila mana Allah kembali mengutus utusan baru, jadi ajaran Allah berjalan melalui dua tingkatan tersebut ;
1.      Bila ia tidak dapat memenuhi tuntutan zaman maka ia akan diganti dengan ajaran yang lebih baik, sebab ajaran baru tersebut lebih bisa memenuhi tuntutan zaman, maka ungkapan “na’ti bikhori minha”, yakni Kami akan mendatangkan suatu ajaran yang lebih baik dari sebelumnya, menjadi rujukan dari ayat tersebut.
2.      Atau ajarang tersebut bisa tetap ada, dan masih bisa memenuhi tangtangan zaman apabila makna dan Roh yang terkandung didalamnya dibangkitkan lagi namun banyak orang yang telah menempatkan makna yang tidak pada tempatnya sehingga Roh dari ajaran tersebut menjadi hilang karenanya. Dan akhirnya ia di lupakan karena faham yang muncul jauh dari makna yang sebenarnya.

           Dalam hal yang kedua ini tidak di perlukan sebuah ajaran baru dari padanya,tapi yang harus dilakukan itu adalah menghidupkan kembali didalam segala kemurnian makna dan Roh yang terkandung di dalamnya, ini tercermin dalam ungkapan “aw misliha”.
           Di akhir ayat tersebut Allah berfirman : “Tidak tahukah engkau bahwa Allah Maha Kuasa malakuakan itu semua ?”
          Perkataan ini menolak arti ayat dari yang biasa diberikan oleh ulama pada umumnya yaitu ayat tersebut menetapkan adanya teori Nasikh-Mansukh dalam Al-qur’an.
           Terang sekali penghapusan ayat Al-qur’an tertentu tidak ada hubungannya  dengan kekuasaan Allah yang luas dan tidak terbatas, di pihak lain arti yang telah saya berikan kepada ayat tersebut menunjukan secara jelas sekali tentang kekuasaan Allah yang luas dan tidak terbatas hanya kepada satu utusan saja.
           Lebih lanjut lagi Allah menjelaskan dalam Al-qur’an; “Alam ta’lam annala ala lahu mulkus samawati wal ardhi”.
           Yaitu “tidak tahukah engkau? bahwa sesungguhnya adalah bagi Allah kedaulatan atas langit dan bumi”,juga untuk menunjuk kepada bukti yang ada,bahwa bila suatu ajaran baru datang atau suatu ajaran lama di bangkitkan lagi Roh-nya maka suatu Rovolusi atau Qiyamat di perlukan, di mana ummat islam pada umumnya menganggap bahwa qiyamat itu bukanlah suatu tanda kebangkitan Nabi baru, dan menganggap bahwa Allah tidak mungkin menurunkan lagi utusanNya,tapi dijelaskan dalam sifat-sifatNya bahwa Allah adalah Al-mujaddid yang senantiasa memperbaharui dan merubah hal menjadi lebih baik, yang berguna untuk kebaikan manusia baik melalui perantara ajaran baruNya yang di sebut haqiqat atau pun membangkitkan kembali haqiqatnya ajaran lama.
        Pentafsiran yang saya lakukan terhadap ayat tersebut adalah suatu pelurusan dari penyimpangan arti yang di maksud oleh kebanyakan orang tentang ayat tersebut, tetapi semua ayat-ayat tersebut akan menjadi selaras apabila ia diartikan seperti apa yang saya lakukan tadi,para mufasir terdahulu mengartikan bahwa Allah terkadang menurunkan suatu ayat tapi kemudian ia menghapusnya lagi, sehingga orang-orang non-muslim mengejek pandangan ini dan berkata; Mengapa Allah mengapus suatu ayat setelah menurunkannya ? tatkala Allah menurunkannya apakah Ia tidak tahu kalau akhirnya ayat tersebut tidak bisa memenuhi tuntutan zaman ? kedua bila teori Nasikh-Mansukh di terima maka ia akan menunjukkan adanya kelemahan Allah,dan ungkapan “Tidak tahukah engkau bahwa Allah Maha kuasa melakukan segalanya?”akan menjadi tidak berarti, sebab hal itu akan menjadi tidak mempan kepada suatu hal yang menunjukan kelemahan ajaran Allah, karena di pihak lain arti yang terkandung dalam ayat tersebut akan menunjukan suatu perwujudan dari kuasa Allah yang tidak terbatas, karena sekali-kali tidaklah mudah mengubah kebiasaan lama yang sudah menjadi tradisi dan sudah terpahat di dalam diri kita,terpahat dalam hati dan pikiran kita yang di kira sebagai suatu kebenaran yang mutlak, padahal kebenaran yang sejati atau haqiqat itu bukanlah apa yang kita kira menurut kebiasaan dan kesenangan hati, sehingga mungkin pada awalnya orang-orang akan merasa berat untuk meninggalkan keyakinan yang sudah tertanam kuat dalam hati dan pikirannya, apalagi ketika ia harus berpikir kembali untuk itu, maka kebenarana sejati itu tidaklah mudah di terima oleh nalar pikiran dan hati kita, bahkan mungkin alam pikiran kita akan di guncang dengan suatu guncangan yang hebat terlebih dahulu,sehingga kadang guncangan tersebut sekurang-kurangnya akan menimbulkan rasa was-was dan ragu dalam diri, maka disanalah buku ini akan memberikan peran tentang makna Qiyamat yang lebih jelas.
         Melakukan hal-hal yang tidak meragukan kebenaran yang datang dari Allah adalah suatu pesan yang di sebutkan dalam (Q.S 2 : 2-3);
“Yaitu orang-orang yang tidak ragu kapadaNya,itulah mereka yang bertaqwa, dan mereka adalah orang yang percaya adanya hal yang Ghaib”,
          Maka berimanlah kepada yang Ghaib, yang meliputi seluruh ciptaanNya,karena Allah ada didalam diri yang paling dalam dan ada diluar diri yang paling luar, sehingga manusia tidak akan bisa menjangkaunya dengan akal pikiran kecuali dengan rasa dirinya, dan keimanannya yang kuat itulah orang yang taqwa.

Thursday, June 23, 2011

TIDAK ADA KATA AGAMA DI DALAM ISLAM

 Dalam sejarah sejarah islam tidak ada kata AGAMA,
karena arti bhs AGAMA...... itu berasal dari kata A dan GAMA........
A artinya tidak, dan GAMA artinya kacau,
jd AGAMA menurut bhs adalah TIDAK-KACAU, tp justru AGAMA menjadi biang kerok kekacauan, bahkan departement Agama adalah departement korup terbesar.

AGAMA adalah istilah yg di perkenalkan oleh D.r Snough Hougrounge dalam memecah belah islam dan dalam rangka melemahkan kekuatan islam di indonesia, terbukti dgn kata Agama islam menjadi sakit, padahal DIN yg di artikan sebagai AGAMA sebenarnya artinya bukanlah AGAMA, tapi ROHANI, mk islam akan idah apa bila kata AGAMA di hilangkan dalam islam, dan di hanti dgn kata ROHANI, jd DINUL ISLAM artinya adalah ROHANI ISLAM, bukankah kata itu lebih indah, yg dlm bhs indonesia kata ROHANI ISLAM berarti JIWA yg PASRAH, dan di katakan bahwa mrk yg belum menikah itu baru setengah DIN-nya, klo DIN di artikan agama, mk itu sm dgn begini, bahwa yg belum nikah itu baru setengah TIDAK-KACAU-nya, krn akan indah jika yg belum menikah itu baru setengah JIWA-nya, krn pasangan itu di sebut pula sebagai BELAHAN JIWA, tp rasanya janggal klo di katakan pasangan hidup ini SETENGAH AGAMA kita....weleh-weleh......

jd menurutku harus di hilangkan kata AGAMA dari bumi indonesia ini klo kita mau maju, krn dlm pancasila pun tdk di katakan KEAGAMAAN yang maha esa. tp ketuhanan yg maha esa. jd walau pun org baduy atau kejawen atau dayak yg tdk memiliki identitas agama tp mrk berhak tinggal di indonesia krn mrk bertuhan walau tdk beragama, dan banyak org yg memiliki ketuhanan atau spiritual yg yakin kpd Tuhan tp memilih tdk beragama, krn di negara maju agama tdk masuk menjadi KTP, klo di KTP harus tercantum AGAMA, mk itu artinya pancasila harus di ganti bukan lagi KETUHANAN yg maha esa tp keagamaan yg maha esa....

BUKAN KALAMULLAH TAPI KATA-KATA MANUSIA YANG DI TULIS DALAM KITAB

      Saya dulu adalah MANTAN NII, dan saya katakan bahwa di indonesia ini kalau tidak di pertahankan di pahami kembali apa yg tercantum dalam ideologi pancasila maka kemungkinan besar indonesia akan di kuasai oleh NII yg akan menerapkan hukum islam seperti di arab, tapi ada satu hal yg terjadi di sana, bahwa hukum itu hanya berlaku dan menitik beratkan pribumi, tapi org2 non pribumi tdk di beri hak untuk membela diri, padahal dalam hukum islam yg benar, membunuh karena membela diri atau duffus sial itu tdk di kanakan hukuman, bahkan ktk seoarng janda melapor kpd Nabi bahwa dirinya telah berjinah, mk nabi mangguhkan hukuman rajam kpdnya, krn menunggu anaknya lahir, krn anak dlm kandungan tdk berdosa, lalu setelah emlahirkan wnt tersebut dtng lagi, tp Nabi menanguhkan lagi hingga menunggu anak itu di susui sampai 2 tahun, stelah itu wnt itu dtng lagi kpd rosul, lalu rosul mengtakan, siapa yg akan mendidiknya klo ibunya mati, krn sesungguhnya Tuhan maha pengampun, hukum Tuhan itu maha pemurah, namun hukum manusia itu lebih kejam dari hukum Tuhan, jd menurutku apa yg di cantumkan dlm kitab itu bkn hukum TUhan, tp itu hukum ciptaan manusia, yg di ciptakan oleh manusia setelah Nabi Muhammad wafat. artinya selama anda meyakini bahwa hukun yg ada di kitab itu sebagai hukum Tuhan, mk anda akan berpotensi sebagai pendukung NII (Negera IMING-IMING) syurga. jadi hentikan AGAMA dan HILANGKAN KATA AGAMA dari bumi indonesia atau masa depan indonesia akan seperti arab, cobalah anda lihat dalam q.s 9 104, di sana di katakan ALLAH AKAN MENERIMA TAUBAT SESEORANG DAN MENERIMA AMPUNAN TAUBAT YG DI GANTI DENGAN SODAKOH, siapa sebenanrnya yg menuliskan bahwa itu HUKUM TUHAN ? krn Tuhan tidak butuh sodaqoh dari manusia. siapa yg meyakini bahwa qur'an itu KALAMULLAH, padahal dalam q.s 1:6 di katakan bahwa INHDINAS SIROTOL MUSTAQIM, artinya TUNJUKI KAMI KE JALAN YANG LURUS, hallooooo mikir dulu sebelum meyakini sesuatu, karena kata2 itu bukan kata2 Tuhan kepada manusia, itu bukan KALAMULLAH (kata2 Allah) tapi itu kata2 MANUSIA kepada Allah, berfikirlah yg rasional kawan. indonesia terancam bahaya dgn adanya islam yg di mobilisasi untuk kekuatan politik.

QIYAMAT BESAR ITU SUDAH TERJADI

    Berkenaan dengan Revolusi atau Qiyamat Ruhani yang di bawa oleh utusan baru Allah, maka Allah pun berfirman dalam (Q.S 2 : 106-107) ;

“Ayat mana saja yang kami mansukhkan atau kami biarkan kamu terlupa maka Allah akan datangkan lagi yang lebih baik dari padanya atau semisal dengannya. Tidak tahukah engkau bahwa Allah Maha Kuasa melakukan itu semua? Tidak tahukah engkau bahwa Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi? Dan tiada bagimu pelindung dan penolong selain Allah, dengan pembawa pesan baruNya.
      
  Maksudnya adalah, berkenaan dengan pesan yang telah datang hingga sekarang, atau yang akan datang kelak, sebagai suatu ketentuan yang berlaku bagi semua pesan tersebut adalah “bahwa kadang pesan tersebut mempunyai sifat yang di sesuaikan denga kebutuhan zaman, namun pesan itu akan di hapus dan diganti dengan yang baru ketika ia sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan zaman”, dan ketika orang-orang mulai lupa akan inti dari pesan lama tersebut, bukan berarti manusia sudah tidak beriman kepada pesan lama tersebut, tapi makna dan arti yang terkandung didalam pesan lama tersebut telah menyimpang dari makna yang sebenarnya sehingga seolah-olah orang lupa akan pesan lama tersebut, seperti makna Qiyamat yang seharusnya adalah hari kebangkitan namun orang-orang telah terbiasa dan sudah menjadi tradisi memaknai Qiyamat itu sebagai hari kehancuran, sehingga ia bisa di katakan telah melupakan inti dari pesan lama tersebut, maka untuk hal itulah Allah kembali membangkitkan utusan yang baru, karena Allah adalah Al-Mujaddid yaitu pembaru yang senantiasa memperbaharui ciptaan-Nya.
        Tatkala suatu tertib lama telah mencapai suatu tingkatan di mana ia harus di hapuskan karena telah memenuhi missinya, maka Allah menggantinya dengan sesuatu yang baru yang lebih flexible dan lebih sesuai dengan kebutuhan manusia di zamannya, akan tetapi ada kalanya suatu tertib lama masih dapat di pergunakan untuk kondisi-kondisi yang ada, namun hanya kebetulan saja makna-makna sejati yang terkandung di dalamnya telah di lupakan karena orang-orang telah mengubah makna tersebut dengan akal pikirannya sehingga Allah kembali mengutus utusanNya yang baru dan di antara tugasnya itu adalah selain membawa pesan baru ia juga di utus Allah untuk membangkitkan kembali pesan-pesan lama yang telah terkubur, membangkitkan kembali makna Ruhani yang terkandang dalam pesan lama, dan Allah berkuasa melakukan kedua hal tersebut , dan untuk itu Allah menambahkan keterangannya dalam Al-qur’an ;

“Tahukah kau mengapa Allah melakukan ini semua ? sungguh kami melakukan ini semua dengan maksud untuk mengadakan suatu Qiyamat atau Rovolusi besar,untuk menciptakan langit baru dan bumi baru.
      
      Jelaslah bahwa dalam zaman rosul yang membuat orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tersebut marah adalah bukan saja karena Nabi baru tersebut menampilkan suatu pandangan baru yang menggantikan pandangan sebelumnya, tapi suatu bahaya yang di rasakan besar bagi mereka bahkan mengingatnya saja sudah merupakan suatu siksaan bagi mereka, karena pesan baru tersebut akan membuat mereka tampak dalam kehinaan dan kebodohan yang nyata, seolah-olah pesan baru tersebut merupakan hinaan dan ancaman bagi mereka karena mereka akan di atur oleh aturan baru tersebut, sedangkan mereka akan tampak seperti orang bodoh apa bila membiarkan aturan itu mengatur dirinya kelak, karena mereka masih senang melakukan kebiasaan atau tradisi yang diakuinya sebagai suatu kebenaran yang datang dari Allah, sedangkan setiap utusan Allah tersebut justru datang untuk mengubah kebiasaan dan kesenangan manusia,namun dalam Al-qur’an di sebutkan; “Tidak tahukah engkau bahwa Allah Maha Kuasa memerintahkan langit dan bumi ? oleh karena itu bila Allah telah menetapkan keputusanNya dan menurunkan kembali utusan-utusanNya, lalu siapakah di antara orang-orang yang bisa mengahalangi keputusan Allah untuk berbuat itu ? seperti yang di jelaskan dalam (Q.S 24 ; 35), ayat yang menjelaskan tentang di turunkannya kembali cahaya Allah di muka bumi ini.

PERKUMPULAN PERSAUDARAAN KEJIWAAN

         Mungkin ketika anda melihat istilah kata Jama’ah-Ukhuwah-Islamiyah, hati dan pikiran anda terasa damai dan tenteram, lain halnya ketika mata anda melihat istilah kata Perkumpulan-persaudaraan-Kejiwaan, padahal istilah dari kata Perkumpulan- Persaudaraan-Kejiwaan itu adalah bahasa Indonesia, yaitu bahasa kita sendiri, tapi anehnya orang Indonesia sudah melupakan bahasanya sendiri dan lebih bangga ketika ia menggunakan bahasa arab untuk menamai komunitasnya atau perkumpulannya, dengan sebutan jama’ah, padahal orang-orang yang suka ke clubbing pun dalam bahasa arab itu berarti jama’ah, karena mereka merupakan suatu perkumpulan atau club yang menyukai dunia malam, dan Nabi Muhammad tidak pernah menyuruh kepada ummatnya untuk mengikuti bahasa dan budaya arab, karena percuma juga kita menggunakan bahasa arab kalau kita tidak tahu makna yang terkandung di dalamnya, seperti yang kita lihat dalam kenyataan hidup ini, banyak orang yang setelah pulang hajian dari arab, ingin di panggil dengan gelar haji, padahal sejak kapan ada gelar haji di dunia ini ? itulah salah satu bentuk kebodohan dalam islam, karena haji itu artinya adalah menyengaja berbuat kebaikan atau pertemuan, dan kata tersebut tentunya bukanlah sebuah gelar, tapi sebuah pekerjaan, maka kalau sebuah nilai ibadah itu di buat menjadi sebuah gelar, lalu kenapa tidak mencantumkan gelar lainnya seperti sahadat, sholat, zakat, dan puasa ? karena nilai haji sama halnya dengan ibadah lainnya, jadi ketika ada seseorang bernama udin dan di beri gelar haji karena telah melaksanakan haji, lalu kenapa tidak sekalian saja dengan gelar, sahadat, sholat, zakat dan puasanya ? jadi bukan H.udin, tapi S.S.Z.P.H.udin, yaitu Sahadat.Sholat.Zakat. Puasa.Haji.udin, jadi jelaslah orang yang mengenal bahasa arab dalam istilah kehidupannya sehari-hari ternyata tidak menjadi jaminan bagi dirinya untuk mengenal kandungan atau isi yang terkandung di dalamnya, maka itu sama saja dengan monyet yang sedang mengerumuni buah kelapa.
            Seperti yang pernah saya jelaskan dalam buku sebelumnya, bahwa banyak sekali orang yang mengaku dirinya islam tapi ia tidak memahami apa itu islam ? jadi pengakuannya sebagai muslim tidak sebanding dengan pemahamannya, harusnya ia memahami dulu apa itu islam ? sebelum ia meyakini dan mengakui itu sebagai identitasnya, karena islam itu artinya penyerehan diri kepada Allah, yang akan menyelamatkan hidupnya di dunia dan akhirat, dan islam itu bukanlah sebuah identitas diri, tapi sebuah perbuatan atau pekerjaan yang kurang pas bila ia di jadikan identitas, coba saja anda pikirkan, masa pasrah di jadikan identitas ? dan biasanya orang yang pasrah itu tidak pernah riya atau sombong dengan kepasrahannya kepada Allah, maka itu pula yang di ramalkan oleh Rosul, bahwa islam akan terpecah belah menjadi lebih dari 72 golongan, dan masing-masing golongan merasa dirinya paling islam dan paling benar, padahal yang benar-benar islam kepada Allah itu adalah orang yang tidak menjadikan islam sebagai identitas dirinya, karena islam memang bukanlah identitas diri, tapi islam itu adalah penyerahan diri, sehingga ada satu pengecualian di antara 72 golongan itu adalah pengecualian untuk sebuah organisasi yang tidak mengakui dirinya sebagai islam dalam kata, dan tidak menggunakan istilah islam atau bahasa arab dalam organisasinya tersebut, karena justru percekcokan sering terjadi di antara golongan yang menamakan dirinya islam.
           Bagi anda mungkin istilah kata “Susila-Budhi-Dharma” akan terasa asing dan terlihat bukan islam, tapi mari kita teliti secara seksama, kata Susila adalah istilah bahasa Indonesia yang artinya adalah budi pekerti yang baik, yang sejalan dengan kehendak Allah, dan istilah itu dalam bahasa arab di sebut Akhlak, sedangkan Budhi artinya adalah daya atau kekuatan dan datang dari dirinya sendiri, dalam bahasa arab itu di sebut Dinul, karena seperti yang pernah saya katakan sebelumnya bahwa Din itu maknanya telah di selewengkan oleh D.r Snough Hougrounge dalam rangka menjajah dan membodohi masyarakat tradisional Indonesia yang mayoritas islam, karena dengan kata Din yang di ubah maknanya menjadi Agama, terbukti berhasil membodohi masyarakat Indonesia selama beberapa abad lamanya, maka Din yang sebenarnya artinya adalah jiwa atau daya yang lahir dari jiwanya, dan itu di sebut Budhi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan Dharma artinya adalah penyerahan diri kepada kekuasaan Allah yang ada di dalam diri dan di luar diri, dalam bahasa arab itu di sebut Islam, jadi kata “Susila-Budhi-Dharma” itu dalam bahasa arabnya adalah “Akhlak-Dinul-Islam”,  dan kita sebagai bangsa Indonesia ini, harusnya mengenal dan bangga dengan bahasa sendiri, tapi anehnya kata Susila-Budhi-Dharma di rasakan lebih asing di bandingkan kata Akhlak-Dinul-Islam, padahal itu kata yang memiliki arti dan makna yang sama, dan harusnya kita lebih mengenal bahasa sendiri dari pada bahasa asing, maka dari situ saja kita akan dapat melihat suatu kenyataan,seperti yang pernah di katakan oleh Rosul, bahwa di masa yang akan datang, akan banyak orang yang mengaku-ngaku Rosul, dan banyak orang yang berbicara seperti aku bicara (berbahasa arab), meniru persis seperti aku, tapi sesungguhnya orang-orang tersebut seperti buih di lautan yang tidak tahu arah dan tujuan hidupnya, karena mereka tidak mengenal dirinya sendiri, mereka tidak mengenal bahasanya sendiri, padahal sesungguhnya Allah hanya dekat dengan orang yang mengenal dan mencintai bahasanya sendiri, karena Allah mengutus Rosul dalam bahasa kaumnya, dank arena Allah lebih dekat dari urat lehermu, Allah bukanlah Tuhan yang di export dari Arab atau dari Negeri mana pun, Allah bukanlah Tuhan yang  hanya bisa di sentuh kalau kita pandai berbahasa Arab, tapi Allah itu adalah Tuhan untuk semua manusia, yang bisa di sentuh oleh siapa pun, dan pasrah adalah satu-satunya jalan untuk dapat kontak dengan kekuasaanNya.

KIAMAT ADALAH SEBUAH ROVOLUSI

           Hukum yang sama berlaku pula bagi dunia ke-Ruhanian, di mana keberhasilan yang nyata dalam lapangan ini juga bergantung kepada Revolusi atau Qiyamat Ruhani, karena tidak ada suatu gerakan Ruhani yang berhasil tanpa semangat dan desakan dari dalam diri, keberhasilan yang bertumpu kepada suatu dasar lain berarti ia menentang hukum alam yang tidak dapat di abaikan, sebab hukum alam itu sunnatullah yang dari padanya tidak ada yang bisa di robah dan tidak ada yang bisa lepas dari sunatullah.
           Qiyamat itu pula berarti sebuah Revolusi atau pembaruan dan perubahan yang datang secara menyeluruh, karena bila anda ingin mendirikan sebuah susunan baru di atas suatu susunan lama, dengan rancangan yang benar-benar baru, maka bangunan yang lama harus di robohkan lebih dulu, di robohkan berkeping-keping dan di ratakan dengan tanah, hanya orang dungu yang mencoba untuk membangun sesuatu yang baru tapi ia berniat untuk mempertahankan bangunan lama dengan utuh, seperti itulah peran qiyamat ruhani dalam diri kita, adalah suatu hal yang bodoh ketika kita membidik suatu sasaran atau target, namun kita masih sayang untuk melepas anak panahnya tersebut.
            Allah senantiasa membuat suatu kemajuan dan pembaruan dalam dunia keruhanian tergantung kepada Qiyamat Ruhani atau Revolusi yang di jalankan oleh manusianya itu sendiri, dan ini di abadikan dalam (Q.S 6 : 48-49);
   “Dan tidaklah kami untus Rosul-rosul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan memberi peringatan bagi segenap manusia, maka barang siapa yang beriman dan memperbaiki diri, maka tidak ada rasa takut pada diri mereka (tentang qiyamat), dan tidak pula mereka berduka cita atau menyesal (tentang yang sudah-sudah), sedangkan mereka yang mendustakan utusan-utusan Allah tersebut maka siksaan dalam hati mereka dan siksaan bencana  yang akan menimpa mereka di sebabkan kedurhakaannya.
     Maksudnya yakni manakala Allah mengutus Rosul, maka ia selalu memproklamirkan dua hal yaitu :
1.      Menghapus tertib yang ada dan menggantinya dengan kabar baru yang lebih       menggembirakan.
2.      Dan sehubungan dengan tertib baru yang di bawanya itu maka ia akan mengumumkan secara pasti bahwa tertib tersebut akan di bangun di dunia ini secara murni tanpa ada sedikit pun perubahan atau penyesuaian agar ia bisa di terima bangsa ini dan itu, dan sekurang-kurangnya pesan baru yang di bawanya itu akan bertahan selama 800 tahun lamanya, sampai Allah kembali menurunkan utusannya yang baru yang sesuai dengan kondisi alam dan perubahan zaman.

         Mereka yang munundukkan dirinya kepada aturan ini dan membentuk diri selaras dengan aturan-aturan yang di kehendakinya maka ia akan bertahan dan makmur, tetapi mereka yang menolak atau kafir terhadapnya, maka ia akan berangsur-angsur lenyap.
        Ashlaha berarti membuat suatu barang yang selaras dengan suatu benda atau yang senilai dengannya, karena itu “Amal Shaleh” (tindakan baik) dalam hubungan ini adalah tindakan yang selaras dengan syarat-syarat atau aturan-aturan baru dan situasi baru yang di bawa oleh utusan baru, dan hendaklah di ingat dengan sebaik-baiknya bahwa makna Amal Shaleh pada umumnya di artikan sebagai tindakan-tindakan yang baik, tapi sebenarnya kata itu jauh lebih luas dari itu,karena ada suatu perbedaan penting diantara keduanya, sebagai misal melakukan sholat adalah suatu hal yang baik, tapi bila mana seseorang menyibukkan dirinya dengan sholat sedangkan ia berada dalam situasi perang dan yang di butuhkan saat itu adalah perang atau jihad, maka tindakannya itu tidak di katakan amal shaleh, begitu pun berpuasa adalah hal yang baik, namun ketika ia di lakukan saat Nabi sedang perang atau jihad maka nabi pun berkata ; bahwa mereka yang tidak berpuasa lebih maju dan lebih gagah berani di bandingkan dengan mereka yang berpuasa, karena yang di belakang ini yang sedang berpuasa pada saat yang di butuhkan dan di perlukan adalah suatu tindakan lain seperti jihad, maka puasanya tersebut bukanlah  merupakan suatu tindakan yang di sebut amal shaleh.
            Karena itu ungkapan “Man Amana Wa Ashlaha”dalam ayat tersebut bukan berarti bahwa orang yang beriman kepada Nabi itu yang melakukan sholat atau puasa di saat Nabi membutuhkannya dalam situasi yang lain, perkataan itu bisa di katakan bahwa orang-orang yang percaya dan kemudian ia membentuk sikap, perigai dan tindakan-tindakan mereka diselaraskan dengan sifat dan tujuan dari pesan baru yang dibawa oleh rosulnya itu jadi amal shaleh itu sebenarnya adalah bata dan batu bagi sebuah bangunan yang sedang di bangun oleh rosul, maka bagi mereka yang memiliki pondasi keimanan yang kuat seperti batu untuk pondasi gedung dan ia tidak akan di landa kehancuran dan ketakutan karena bangunan dirinya akan berdiri dengan kokoh, sebaliknya mereka dan tidak menyelaraskan dirinya dengan pesan baru yang dibawa oleh utusan baru Allah,dan masih ragu-ragu juga masih menduakan imannya di antara pesan baru dan pesan lama, maka siksaan dari Allah akan datang dan menghancurkan bangunan mental mereka, seperti sebuah gedung tua yang di ratakan dengan tanah, dan ia akan menjadi seperti buih di lautan.

MENGENAL JATI DIRI

     Karena mayoritas penduduk Indonesia itu beragama islam, maka istilah yang di pakai dalam kehidupan individu atau kelompok pun lebih cenderung menggunakan bahasa bahasa arab, karena bahasa arab adalah bahasa asal mulanya Agama islam, padahal kalau kita melihat dalam perkembangan sejarah islam yang ada di nusantara ini, pada awalnya para penyebar agama islam itu menyelami dan memasuki dulu bahasa dan budaya setempat untuk bisa di terima, sehingga muncul istilah di dalam kitab, bahwa Allah itu mengutus para utusanNya dengan bahasa kaumnya, tapi setelah pilar-pilar dari ajaran agama islam mengakar kuat di dalam diri setiap individu maka bahasa dan budaya asli di tinggalkan dan berangsur-angsur di ganti dengan bahasa dan budaya yang datangnya dari arab, sehingga kita dapat melihat kenyataan di mana orang-orang Indonesia yang menganut agama islam itu lebih mencintai bahasa dan budaya arab dari pada mencintai bahasa dan budayanya sendiri.
          Seperti apa yang pernah di jelaskan oleh Rosul; “bahwa barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal siapa Tuhannya”, dalam arti bahwa orang yang mengenal (ma’rifat) Allah, adalah orang yang mengenal bahasa dan budayanya sendiri, karena itulah ajaran islam yang sebenarnya, jadi bukanlah ajaran islam yang sebenarnya apabila kita harus meninggalkan bahasa dan budaya sendiri hanya untuk mengenal bahasa dan budaya asing, karena Allah bukanlah Tuhan yang di ekport dari Negeri lain, bahkan Rosul sering kali mengatakan bahwa Allah mengirim utusanNya sesuai dengan bahasa dan budayanya, maka istilah kacang yang lupa akan kulitnya adalah suatu hal yang cocok untuk jati diri bangsa ini, maka dari itu di sini penulis akan memperkenalkan istilah-istilah islam dalam bahasa Indonesia, karena manusia yang sejati itu adalah manusia yang mengenal dan mencintai bahasa dan budayanya sendiri, karena seperti yang pernah di katakan oleh Rosul, untuk apa kita beribadah tapi kita tidak mengerti bahasa yang di ucapkan dan tidak tahu maksud yang di sampaikan, itu sama saja mengerjakan sesuatu tanpa ilmu, sedangkan Rosul sendiri mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan sesuatu tanpa ilmu, maka semua amalnya bathil, itu sama saja seperti seekor monyet yang sedang mengerumuni buah kelapa tanpa membuka isinya, maka dari itu kita harus melihat percontohan dari alam, di mana kita tidak boleh berpendapat negative hanya karena kebenaran yang di sampaikannya tidak dalam kata yang menggunakan bahasa arab, karena itu hanya cangkang saja, seperti pun ketika anda mendengar istilah kata susila-budhi-dharma yang di rasa aneh dan asing di telinga kita, bahkan kita menganggap kalau istilah tersebut seperti istilah hindu atau budha, padahal istilah kata susila-budhi-dharma itu bahasa arabnya adalah akhlak-dinul-islam.

KARAKTER IMAN PARA AGAMIS YANG SOK TAHU

Untuk bisa menjadi suatu penganut agama terorganisasi diperlukan 2 macam iman.

Pertama, ia harus percaya bahwa Tuhan itu ada. Kemudian setelah itu selanjutnya ia juga harus percaya bahwa di antara 3000 (mungkin lebih) macam jenis Tuhan yang ada dalam sejarah umat manusia, ada 1 Tuhan yang paling benar.

Jadi, ada 2 iman yang terlibat di sini. Iman yang pertama tidak banyak tuntutan. Tidak terlalu mengherankan jika percaya bahwa ada satu entiti yang memulai segala sesuatu di alam semesta ini. Iman yang kedua jelas jauh lebih kompleks. Ia menuntut sebuah nalar, logika, riset untuk bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa 2999 jenis Tuhan yang lain itu hanya mitos kosong, sedangkan 1 Tuhan yang ia percayai adalah yang terbenar.

Masalahnya mayoritas suatu penganut agama tidak pernah melakukan riset untuk sungguh-sungguh memastikan bahwa ke-2999 Tuhan lain itu hanya mitos. Asal muasal mayoritas penganut agama bisa dipecah dalam 4 jenis:

1. Dapat warisan dari orang tua sejak bayi dan dididik sesuai ajaran agama tertentu tersebut.

2. Dapat pengaruh dari dalam lingkungan sekolah atau komunitas.

3. Dapat pengaruh dari luar lingkungan pergaulan di luar sekolah atau komunitas.

4. Mendapat wangsit melalui mimpi atau suatu pengalaman yang berkaitan erat dengan suatu ciri khas agama tertentu. (Ada seorang teman yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW dan setelah itu setiap kali makan daging babi dia selalu mual dan akhirnya menjadi mualaf. Dan lain sebagainya)

Coba Anda-Anda para penganut Kristen di sini tanya pada diri Anda sendiri, seberapa dalamkah Anda tahu tentang Al-Quran? Dan yang Muslim, seberapa dalamkah mereka tahu tentang Tripitaka, Wedha, Injil, dll? Pernahkah Anda riset tentang Zeus dan Poseidon? Apollo dan Osiris? atau Buddha? Saya berani bertaruh tidak.

Lantas, mengapa Anda begitu yakin bahwa Allah SWT bukan Tuhan yang benar, juga bahwasanya Zeus hanya dongeng, Nyi Roro Kidul hanya mitologi orang Jawa, Pan Gu hanya legenda orang Cina kuno, dan Amun Ra hanya berhala orang Mesir kuno? Tidak lain tidak bukan karena iman Anda terhadap 1 macam Tuhan yang Anda percayai itu telah membentengi diri Anda, sadar maupun tidak.

Atheis, di lain pihak sudah tidak "lolos" dalam iman pertama yang saya tulis di atas. Atheis tidak percaya pada Tuhan manapun. Iman pertama saja sudah tidak "lolos", otomatis iman ke-2 tadi menjadi not-applicable.

Stephen Roberts berkata: (paraphrase): "Jika Anda heran kenapa saya tidak percaya pada Tuhan Anda, tanyalah diri Anda mengapa Anda tidak percaya pada Tuhan-Tuhan lain di luar Tuhan Anda. Setelah itu, Anda akan paham kenapa saya tidak percaya Tuhan Anda"..... karena saya pun menyadari bahwa iman itu merupakan suatu hal yang pribadi jadi tdk ada hak bagi manusia untuk mengklaim iman orang lain, dan kita lihat dalam kenyataannya bahwa para agamis selalu memaksakan iman mereka kepada orang lain, bukankah orang yang di pujanya pun selalu mengatakan untuk tidak memaksakan iman, krn iman bukanlah suatu nalar, tp suatu rasa dan kenyataan dalam hidup ini, mk mulailah berpikir secara rasioanal, jgn berperang krn iman.

QIYAMAT ADALAH SUATU PEMBARUAN

        Qiyamat adalah sebuah kata yang sangat phenomenal dan mengemparkan seluruh manusia, namun terjadi dua pandangan yang berbeda dalam memahami makna qiyamat, bagi orang-orang yang beriman, mereka memahami qiyamat itu sebagai hari kebangkitan sehingga mereka bergembira ketika mendengar kabar tentang qiyamat yang akan segera datang, tapi tidaklah demikian bagi sebagian orang yang kebanyakan memahami qiyamat sebagai suatu kehancuran semesta alam, lalu apakah qiyamat itu sebenarnya ? maka sebab itu kita perlu memahami ilmunya terlebih dahulu sebelum kita meyakini tentang apakah qiyamat itu sebenarnya, karena kalau kita melihat dari segi bahasa, qiyamat itu berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata, “qoma-yaqumu” yang menjadi kata “qiyamun” yang arti dalam bahasa indonesianya itu adalah ; bangkit, berdiri, atau bangun, seperti yang di jelaskan nabi dalam sifat Allah yaitu “qiyamuhu binafsihi” artinya “berdiri sendiri”, atau kata lain dari sholat tahajud yaitu “qiyamul lael” artinya “bangun tengah malam”, maka kita dapat menyimpulkan bahwa qiyamat menurut bahasa itu adalah kebangkitan atau berdiri,tapi di sini penulis juga tidak menyalahkan mereka yang masih meyakini qiyamat sebagai hari kehancuran, karena memang qiyamat itu terdiri dari dua makna yang berbeda satu sama lainnya,karena disatu sisi qiyamat itu banyak di artikan sebagai hari kehancuran, namun di sisi lain qiyamat itu di katakan sebagai hari kebangkitan, tentunya semua itu untuk menjadi pelajaran bagi manusia tentang apakah qiyamat itu sebenarnya ? jadi secara tidak langsung dengan kata qiyamat tersebut Allah mengajak manusia untuk berpikir lebih cerdas, dan mengunakan akal-pikirannya dengan sehat, karena dengan adanya qiyamat yang mengguncangkan dan menghancurkan alam semesta ini maka secara tidak langsung Allah membangkitkan kesadaran manusia untuk mengingat dan kembali kepadaNya, karena pada dasarnya manusia memiliki rasa takut dalam dirinya tapi rasa takut itu kadang akan membawa dirinya untuk menjadi lebih baik, namun ada kalanya rasa takut itu juga akan membawa dirinya kepada suatu hal yang lebih buruk, sehingga ia akan melakukan tindakan yang membabi buta karena rasa takutnya itu, intinya rasa takut secara keseluruhan akan membangkitkan kesadaran manusia, karena kalau kita melihat kenyataan dalam hidup ini biasanya manusia di bangkitkan kesadarannya saat dirinya berada dalam kehancuran, seperti pun diri kita yang mengenal nikmatnya sehat ketika kita sedang berada dalam kondisi sakit, atau seperti manusia yang di bangkitkan kesadarannya setelah di berikan ujian yang menghancurkan perasaan hati dan pikirannya.
         Penulis meyakini kalau qiyamat itu adalah suatu kata dan kejadian yang sangat sakral dan bertalian erat dengan eksisitensi keberadaanNya dan ini bertalian erat dengan semua sifat-sifat Allah dan cara kerjaNya yang misterius, dan sebagian contoh dan sifat Allah yang bertalian erat dengan masalah qiyamat itu diantaranya adalah sifat Allah yang selalu memperbaharui akhlak ciptaanNya yaitu “Al-Mujaddid” seperti yang pernah di jelaskan Nabi dalam Al-qur’an ;
  “Lihatlah bagaimana Allah menghancurkan sebuah Negeri karena ia telah berbuat kesombongan di atasnya, maka Allah menghancurkan negeri tersebut lalu Allah kembali membangkitkan ummat-ummat baru setelahnya.(QS 40:82).
      Ayat tersebut setidaknya akan memberikan gambaran kepada kita tentang makna qiyamat yang sebenarnya, maka lihat pula contoh kecil dari alam di sekitar kita kalau kita suka tafakur alam, hanya saja kadang manusia kurang memperhatikan alam di sekitarnya, atau kalau pun melihatnya ia kurang bisa menghubungkan itu dengan ayat kauliyah, karena pada dasarnya alam itu adalah ayat kauniyah yaitu ayat yang tersirat di alam dan keabsahan ayat kauliyah atau ayat yang tertulis itu seharusnya ia didukung oleh ayat yang tersirat atau kejadian alam yang bisa disaksikan dan di alami dalam kenyataan hidup kita, maka lihatlah dan perhatikanlah sebuah pohon yang tumbang dan hancur, kita akan melihat dari bangkai pohon yang telah hancur itu akan tumbuh tunas-tunas baru di atasnya, maka hal tersebut bisa dikatakan pula sebagai qiyamat, karena qiyamat itu sendiri sebenarnya adalah suatu kehancuran dan kebangkitan, yaitu suatu pembaharuan yang di lakukan Allah untuk manusia dan seluruh ciptaanNya untuk menunjukan peran dari sifat Allah yang selalu memperbaharui(Mujaddid)ciptaanNya,maka perhatikanlah alam ini dan berpikirlah tentang apa yang diciptakan Allah di dunia ini, karena alam itu adalah sumber ilmu dan bisa menjadi bahan yang inspiratif bagi diri kita, karena pada dasarnya semua ilmu itu berasal dari alam, dan menurut bahasa pun ilmu itu berasal dari kata alam yang berubah artinya menjadi ilmu sehingga muncullah istilah kata ilmiah.
       Jadi intinya qiyamat itu sebenarnya adalah sebuah pembaruan dari Allah untuk alam dan manusia, maka dengan itu ia akan berhubungan pula dengan sifat Allah yang lain yaitu sifat Allah sebagai “Robb” yaitu sifat Allah yang Pengatur, karena Allah yang berhaq dan berkuasa mengatur semua ciptaanNya, sehingga di antara tanda-tanda qiyamat itu juga di antaranya adalah tanda akan diturunkannya Utusan baru, dan semua itu tentunya bukan daya manusia yang mengatur siapa yang berhaq dan pantas di katakan rosul, namun semua itu atas kuasaNya yang berhaq dalam mengatur seluruh alam dan manusia, maka dalam surat qiyamat itu sendiri dikatakan bahwa di antara tanda-tanda qiyamat itu di antaranya adalah di pertemukannya bulan dan matahari,dan ketika terjadinya qiyamat itu akan ada banyak manusia yang mencela atau nafsu lawammah, maka ayat itu menunjukan kepada kita bahwa qiyamat itu bukanlah hari kehancuran dan kemusnahan alam semesta ini tapi menunjukan hari kebangkitan sesuatu paham baru dan suatu berita baru bagi manusia, di mana ketika berita itu muncul di permukaan maka tidak di ragukan lagi, akan ada banyak manusia yang mencela (nafsu lawamah) dengan kedatangan berita baru tersebut.