Thursday, June 23, 2011

PERKUMPULAN PERSAUDARAAN KEJIWAAN

         Mungkin ketika anda melihat istilah kata Jama’ah-Ukhuwah-Islamiyah, hati dan pikiran anda terasa damai dan tenteram, lain halnya ketika mata anda melihat istilah kata Perkumpulan-persaudaraan-Kejiwaan, padahal istilah dari kata Perkumpulan- Persaudaraan-Kejiwaan itu adalah bahasa Indonesia, yaitu bahasa kita sendiri, tapi anehnya orang Indonesia sudah melupakan bahasanya sendiri dan lebih bangga ketika ia menggunakan bahasa arab untuk menamai komunitasnya atau perkumpulannya, dengan sebutan jama’ah, padahal orang-orang yang suka ke clubbing pun dalam bahasa arab itu berarti jama’ah, karena mereka merupakan suatu perkumpulan atau club yang menyukai dunia malam, dan Nabi Muhammad tidak pernah menyuruh kepada ummatnya untuk mengikuti bahasa dan budaya arab, karena percuma juga kita menggunakan bahasa arab kalau kita tidak tahu makna yang terkandung di dalamnya, seperti yang kita lihat dalam kenyataan hidup ini, banyak orang yang setelah pulang hajian dari arab, ingin di panggil dengan gelar haji, padahal sejak kapan ada gelar haji di dunia ini ? itulah salah satu bentuk kebodohan dalam islam, karena haji itu artinya adalah menyengaja berbuat kebaikan atau pertemuan, dan kata tersebut tentunya bukanlah sebuah gelar, tapi sebuah pekerjaan, maka kalau sebuah nilai ibadah itu di buat menjadi sebuah gelar, lalu kenapa tidak mencantumkan gelar lainnya seperti sahadat, sholat, zakat, dan puasa ? karena nilai haji sama halnya dengan ibadah lainnya, jadi ketika ada seseorang bernama udin dan di beri gelar haji karena telah melaksanakan haji, lalu kenapa tidak sekalian saja dengan gelar, sahadat, sholat, zakat dan puasanya ? jadi bukan H.udin, tapi S.S.Z.P.H.udin, yaitu Sahadat.Sholat.Zakat. Puasa.Haji.udin, jadi jelaslah orang yang mengenal bahasa arab dalam istilah kehidupannya sehari-hari ternyata tidak menjadi jaminan bagi dirinya untuk mengenal kandungan atau isi yang terkandung di dalamnya, maka itu sama saja dengan monyet yang sedang mengerumuni buah kelapa.
            Seperti yang pernah saya jelaskan dalam buku sebelumnya, bahwa banyak sekali orang yang mengaku dirinya islam tapi ia tidak memahami apa itu islam ? jadi pengakuannya sebagai muslim tidak sebanding dengan pemahamannya, harusnya ia memahami dulu apa itu islam ? sebelum ia meyakini dan mengakui itu sebagai identitasnya, karena islam itu artinya penyerehan diri kepada Allah, yang akan menyelamatkan hidupnya di dunia dan akhirat, dan islam itu bukanlah sebuah identitas diri, tapi sebuah perbuatan atau pekerjaan yang kurang pas bila ia di jadikan identitas, coba saja anda pikirkan, masa pasrah di jadikan identitas ? dan biasanya orang yang pasrah itu tidak pernah riya atau sombong dengan kepasrahannya kepada Allah, maka itu pula yang di ramalkan oleh Rosul, bahwa islam akan terpecah belah menjadi lebih dari 72 golongan, dan masing-masing golongan merasa dirinya paling islam dan paling benar, padahal yang benar-benar islam kepada Allah itu adalah orang yang tidak menjadikan islam sebagai identitas dirinya, karena islam memang bukanlah identitas diri, tapi islam itu adalah penyerahan diri, sehingga ada satu pengecualian di antara 72 golongan itu adalah pengecualian untuk sebuah organisasi yang tidak mengakui dirinya sebagai islam dalam kata, dan tidak menggunakan istilah islam atau bahasa arab dalam organisasinya tersebut, karena justru percekcokan sering terjadi di antara golongan yang menamakan dirinya islam.
           Bagi anda mungkin istilah kata “Susila-Budhi-Dharma” akan terasa asing dan terlihat bukan islam, tapi mari kita teliti secara seksama, kata Susila adalah istilah bahasa Indonesia yang artinya adalah budi pekerti yang baik, yang sejalan dengan kehendak Allah, dan istilah itu dalam bahasa arab di sebut Akhlak, sedangkan Budhi artinya adalah daya atau kekuatan dan datang dari dirinya sendiri, dalam bahasa arab itu di sebut Dinul, karena seperti yang pernah saya katakan sebelumnya bahwa Din itu maknanya telah di selewengkan oleh D.r Snough Hougrounge dalam rangka menjajah dan membodohi masyarakat tradisional Indonesia yang mayoritas islam, karena dengan kata Din yang di ubah maknanya menjadi Agama, terbukti berhasil membodohi masyarakat Indonesia selama beberapa abad lamanya, maka Din yang sebenarnya artinya adalah jiwa atau daya yang lahir dari jiwanya, dan itu di sebut Budhi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan Dharma artinya adalah penyerahan diri kepada kekuasaan Allah yang ada di dalam diri dan di luar diri, dalam bahasa arab itu di sebut Islam, jadi kata “Susila-Budhi-Dharma” itu dalam bahasa arabnya adalah “Akhlak-Dinul-Islam”,  dan kita sebagai bangsa Indonesia ini, harusnya mengenal dan bangga dengan bahasa sendiri, tapi anehnya kata Susila-Budhi-Dharma di rasakan lebih asing di bandingkan kata Akhlak-Dinul-Islam, padahal itu kata yang memiliki arti dan makna yang sama, dan harusnya kita lebih mengenal bahasa sendiri dari pada bahasa asing, maka dari situ saja kita akan dapat melihat suatu kenyataan,seperti yang pernah di katakan oleh Rosul, bahwa di masa yang akan datang, akan banyak orang yang mengaku-ngaku Rosul, dan banyak orang yang berbicara seperti aku bicara (berbahasa arab), meniru persis seperti aku, tapi sesungguhnya orang-orang tersebut seperti buih di lautan yang tidak tahu arah dan tujuan hidupnya, karena mereka tidak mengenal dirinya sendiri, mereka tidak mengenal bahasanya sendiri, padahal sesungguhnya Allah hanya dekat dengan orang yang mengenal dan mencintai bahasanya sendiri, karena Allah mengutus Rosul dalam bahasa kaumnya, dank arena Allah lebih dekat dari urat lehermu, Allah bukanlah Tuhan yang di export dari Arab atau dari Negeri mana pun, Allah bukanlah Tuhan yang  hanya bisa di sentuh kalau kita pandai berbahasa Arab, tapi Allah itu adalah Tuhan untuk semua manusia, yang bisa di sentuh oleh siapa pun, dan pasrah adalah satu-satunya jalan untuk dapat kontak dengan kekuasaanNya.

No comments:

Post a Comment