Wednesday, June 22, 2011

IMAN ADALAH SUATU KEBODOHAN

       Ada 2 sisi dalam hidup manusia, bahwa di antara sisi kecerdasannya manusia juga memiliki sisi kebodohan dalam hidupnya, dari sisi kebodohan inilah manusia menganal apa yang di sebut Iman.
     Karena dalam kenyataannya iman bukanlah sesuatu yang lahir dari akal pikiran dan kecerdasan, tapi iman memiliki tempat yang berbeda dengan apa yang di sebut rasional, iman lebih dalam dari pikiran, karena iman berkaitan erat dengan rasa dan emosional, maka tidak salah kalau saya mengatakan bahwa iman itu adalah sisi kebodohan dalam kehidupan manusia di dunia ini.
     Dalam hal ini ada 3 karakter atau sifat manusia, di lihat dari sisi keimanannya:
1.      Atheis (Rasional).
2.      Agamis (iman kepada pemahaman).
3.      Spiritis (iman kepada yang ghaib).

1 Atheis adalah karakter orang yang tidak mau iman kepada sesuatu kalau ia tidak melihat bukti-bukti nyata dari kenyataan hidup yang di jalaninya.
Karakter Atheis ini adalah karakter yang lebih menggunakan rasionya dari pada rasanya, dan orang-orang yang beragama kerap kali menganggap klo org atheis itu adalah orang kafir, tapi saya mengganggap mereka itu adalah orang-orang cerdas yang sangat rasional, dan lebih banyak menggunakan akal pikiran dari pada rasanya, mereka adalah orang-orang cerdas yang tidak mudah iman atau yakin kepada sesuatu. Mereka orang-orang pintar yang tidak mudah jatuh cinta, karena cinta baginya merupakan hal yang tidak rasional dan membuat mereka tampak bodoh. Tapi saya merasa yakin mereka butuh cinta dan mereka pernah merasakan cinta dalam hidupnya, sehingga saya katakan mereka pun tidak bisa memungkiri bahwa mereka pernah berjumpa bahkan pernah merasakan sisi kebodohan dalam hidupnya. walau pun mereka sering kali memungkiri cinta dengan berkata “cinta membuatku tampak bodoh”.
 Sehingga dengan itu mereka menghindar dari yang namanya cinta, karena bagi mereka cinta itu merupakan suatu kebodohan dan tidak rasional. Tapi di sadari atau pun tidak sisi kebodohan itu sudah menjadi sifat yang alami bagi manusia, karena itu merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat di hindari dan di lenyapkan dari sisi kehidupan. Menghentikan cinta dan tidak mau mengakui sisi kebodohan dalam hidupnya sama saja berperang dengan diri sendiri dan melawan arus yang alami dalam hidupnya. Itulah gambaran Atheis yang selalu menekan sisi rasa dalam hidupnya agar ia tetap terlihat rasional, sehingga bagiku orang-orang Atheis itu tampak seperti anak kecil yang tidak mau menerima kenyataan hidup, bahwa dalam kenyataannya, di antara sisi kehidupan yang rasional ada pula hal-hal ghaib yang di luar jangkauan nalar sebagai contoh kecil adalah rasa cinta yang tidak bisa di pungkiri keberadaannya.
      2 Agamis adalah karakter orang yang sepenuhnya beriman, tapi dasar dari keimanannya tersebut adalah sesuatu yang lahir dari pemahaman dan pembelajaran akal pikirannya, intinya orang yang beragama adalah orang yang iman kepada sesuatu berdasarakan pengetahuan yang di dapatnya selama hidup, baik dari orang tuanya, lingkungannya, gurunya atau teman-temannya. Iman yang di dapat dari hasil belajar seperti ini akan melahirkan suatu karakter ego di dalam dirinya sehingga seringkali kita mendapat suatu kenyataan bahwa orang yang mengimani sesutau berdasarkan pengetahuan selalu ingin menunjukan bahwa dirinya sudah mengenal Tuhan yang di pahaminya, dan iman dalam tingkatan ini sering kali menimbulkan kericuhan dan pertumpahan darah ketika ia bentrok dengan jenis yang sama namun berbeda pemahaman. Karena kalau kita melihat tipikal orang Atheis sangat kecil kemungkinan bagi mereka mempermasalahkan tentang ketuhanan, dan tercatat dalam sejarah bahwa perang besar di dunia yang menelan banyak korban bahkan menelan korban sampai berjuta-juta terjadi karena mereka berebut Tuhan, contohnya perang salib, walau pun para atheis pun sebenarnya tidak luput dari yang namanya perang dan sengketa, seperti halnya perang unisovyet dengan amerika, namun perang mereka di dasari oleh sesuatu yang rasional, dan memperebutkan daerah kekuasaan yang nyata, jadi bagiku perang agama itu adalah perang dalam rangka memperebutkan suatu kebodohan, seolah-olah pemenangnya tersenyum sambil berkata : “ Aku loh orang yang paling bodoh di dunia ini”.
 Dan kita lihat dalam kenyataannya orang-orang yang iman kepada sesuatu yang di dapat dari hasil belajar itu akan fanatik kepada apa yang di pahaminya tersebut, sehingga mereka yang iman kepada kata-kata bahwa tiada tuhan selain Allah akan sangat marah ketika ada seseorang yang membalikkan kata-kata tersebut bahwa tiada Allah selain Tuhan, bahkan sering kali mereka mengecap kafir kepada orang-orang yang tidak sepaham dengannya, seperti halnya orang2 nasrani yang mengecam domba tersesat kepada orang yang tidak sepaham dengannya.
      Begitu banyak sebutan untuk Tuhan tergantung kepada karakter budaya dan tradisi yang melahirkannya, contohnya agama islam yang berasal dari arab menyebut tuhan mereka sebagai Alloh, atau pun sebutan Onghi bagi org hindu atau pun sebutan sanghiyang widi bagi orang baduy pedalaman, dan lebih dari seratus sebutan untuk tuhan menurut bahasanya masing-masing.
    Iman dalam tingkatan agama inilah yang menjadi biang kerok atas semua kericuhan dan peperangan yang terjadi di dunia ini, karena imannya tersebut lahir dari pemahaman agama yang mengajarinya tentang Tuhan. Sehingga sering kali kita melihat suatu kenyataan bahwa iman seperti ini seringkali terlihat sok pintar dan merasa pintar ketika berbicara tengtang Tuhan, padahal pengetahuan dirinya tentang Tuhan itu baru sebatas “KATANYA”. Karena apa yang di imaninya tersebut bukanlah sesuatu yang lahir dari dalam dirinya, tapi sesuatu yang lahir dari luar dirinya, sehingga orang yang memiliki iman seperti ini akan membentuk dirinya sesuai dengan budaya atau tradisi yang melahirkannya, contohnya orang-orang Indonesia yang mayoritas beragama islam, maka dari tutur kata, bahasa dan busana tampak seperti orang arab. Maka tak salah kalau saya mengatakan bahwa dengan adanya agama maka banyak orang yang lupa pada dirinya sendiri, padahal Tuhan itu hanya dekat dengan orang yang mengenal budaya dan dirinya sendiri. Dan karakter iman seperti ini cenderung membentuk sikaf yang angkuh, sombong, egois dan selalu ingin menang sendiri, dan banyak orang-orang munafik lahir dari iman yang seperti ini, karena semakin banyak mengingat dan memperdalam sesuatu, maka semakin banyak melupakan dan mendangkalkan suatu kenyataan hidup.
Orang Agamis lebih tepatnya adalah orang yang mudah meyakini sesuatu walau pun ia tidak sesuai dengan kenyataan hidup dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, kebalikannya dengan orang atheis yang tidak mudah meyakini sesuatu hal yang tidak rasional.
      3 Spiritis adalah orang yang menghadapi kenyataan hidup, bahwa dalam hidup ini kita tidak bisa luput dari dua sisi kehidupan yg berbeda. Ada siang-ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada cerdas ada bodoh, ada rasio ada rasa, ada nyata ada ghaib. Ke dua hal ini tidak bisa lepas dari hidup manusia, untuk itulah para spiritis mendasari hidupnya kepada suatu kenyataan hidup, namun berbeda dengan atheis, yg menganggap bahwa kenyataan hidup itu adalah hal-hal yg bersifat rasional, tapi tetap saja ada hal-hal irasional di dunia ini, di mana kita seringkali mendapati suatu kenyataan bahwa di balik hal-hal yg bisa di pikirkan oleh akal pikiran, ada pula hal-hal ghaib yg tidak bisa di pikirkan oleh akal pikiran, maka di sanalah para spiritis menempatkan dirinya sebagai orang-orang yang mengimani hal ghaib tapi juga tidak menutup diri dari suatu hal yang rasional, tapi orang-orang spiritis memiliki banyak perbedaan dengan para agamis, karena para agamis sangat mempercayai atau iman kepada hal gaib, tapi keimanannya tersebut di bentuk oleh suatu pemahaman ilmu, sedangkan para spiritis beriman kepada hal ghaib namun imannya itu tidak terikat oleh suatu bentuk pemahaman, tidak terikat oleh agama, tidak terikat oleh suatu budaya dan tradisi, karena para spiritis lebih terbuka terhadap suatu pemahaman lain di bandingkan para agamis yg tertutup dan ortodok, krn para agamis hanya percaya kepada satu paham saja dan enggan membuka diri terhadap hal baru, padahal kalau dirinya benar2 memahami sifat Tuhan, dia akan menyadari bahwa Tuhan senantiasa membuat suatu pembaharuan, krn sifat Tuhan itu al-mujaddid, yg senantiasa memperbaharui akhlak ciptaan-Nya. Jd para spiritis itu sangat percaya kpd hal ghaib tp tidak menutup diri terhadap hal baru. Ketika para agamis dengan mudahnya megecap kafir kpd orang di luar golongannya yg tdk mau beriman kpd pemahamannya, mk tanpa di sadari bahwa cap kafir itu sebenarnya kembali kepada dirinya sendiri, krn kafir itu artinya tertutup, yaitu menutup diri dari pandangan lain, dan hanya iman kepada apa yg di pahaminya selama ini, sehingga para agamis lebih berkesan ortodok dan kaku, tapi para spiritis lebih bersikaf dinamis dan mampu menyesuaikan diri seiring dengan perkembangan zaman, para spiritis lebih plexible dan selalu mengikuti perkembangan zaman, sehingga ia mudah bergaul dengan siapa saja tanpa memandang status apa pun, ia akan dengan sabar menangani semua orang, dan para spiritis biasanya akan sangat penyayang dan sangat perhatian kepada siapa saja, krn dokter psikiater bilang: orang yang menderita sakit mental harus mendapat perhatian lebih, untuk itu dia pasti akan sangat perhatian kepadamu juga, krn orang yang sakit mental tidak dapat mengontrol emosi dan mengontrol dirinyasendiri sehingga butuh perhatian yang lebih.
   
      Para spiritis bisa menempatkan dirinya di dunia ini, dia tahu kapan saatnya berpikir dan kapan saatnya menyerah, ktk menghadapi dunia ia berpikir cerdas di atas rata2 orang pada umumnya, ktk ia menghadap tuhan mk ia pasrah dan benar2 belaku bodoh di hadapan Tuhan, sangat berbeda dgn para agamis yg terlihat cerdas dan pintar ketika berbicara tentang Tuhan, seolah-olah dia telah berjumpa dan mengenal Tuhan dengan baik, padahal apa yang di katakannya itu baru KATANYA. Maka masuk ke dalam golongan manakah anda ? karena kenyataannya dunia ini memang terdiri dari tiga golongan tersebut di atas, maka semua klembali kepada pilihan hidupmu, karena Tuhan sebenarnya tidak pernah memilih, dan tidak ada istilah manusia pilihan di zaman sekarang ini, karena kalau Tuhan memilih, itu artinya Tuhan pilih kasih, ingatlah bukan Tuhan yg memilih kamu, tapi kamulah yang memilih jalan hidupmu sendiri.

3 comments:

  1. Usul mas...
    Kalau warna dasar tulisannya diganti putih dan tulisannya sendiri berwarna gelap, saya yakin blognya jadi lebih enak dibaca.
    Jujur saya lelah baca blog ini karena masalah warnanya.
    Mungkin bisa dicontoh situs populer dunia macam google, yahoo, facebook yang selalu menggunakan warna putih di dasar dan warna gelap pada tulisan.
    Hehehe....

    Salam anget.

    ReplyDelete
  2. sy setuju akan usulan sodara Leo Bagus Pranata, di baca lewat smart phone pun jd semakin lebih sulit

    ReplyDelete
  3. oke, akan saya ganti font dan backgroundnya, terima kasih usulannya. :)

    ReplyDelete