Tuesday, September 6, 2011

Amanah Dari Qiyamat Ibrahim (Bab 5)

Amanah Dari Qiyamat Ibrahim

    
        Jadi dalam suatu zaman seperti zaman Ibrahim hanya seorang yang faham tauhid yang sempuran saja yang pantas di sebut oranng yang tidak musyrik, itulah sebabnya ungkapan tersebut di gunakan untuk Ibrahim dan tidak di katakan kepada Nuh, karena implikasi yang terdapat di zaman Ibrahim itulah mulai berkembangnya syirik yang membentuk filsafat keilmuwan,tapi Ibrahim dikatakan dalam surat bukanlah termasuk orang yang syirik,itu menunjukan bahwa dimana orang lain pada umumnya berbuat syirik kepada Allah namun hanya Ibahim yang tidak mengikuti tradisi mereka, artinya bahwa Ibrahim pun di sangka melakukan hal yang sama seperti apa yang di perbuat oleh orang-orang quraish yang masih menyembah berhala dan membentuk filsafat keilmuwan dengan berbagai teori pengelakan dan pembantahan bahwa dirinya sebenarnya tidak menyembah batu tersebut, melainkan menyembah Allah melalui perantara itu, mereka tidak dapat mengerti apa itu syirik dan apa itu tauhid dan ke-Esaan Allah,sehingga Ibrahim pun disangka melakukan hal yang sama seperti apa yang di lakukan oleh orang-orang musyrik quraish, maka Allah pun kembali menegaskan dalam ayatnya bahwa Ibrahim bukanlah termasuk orang-orang yang syirik, dan bobot ayat tersebut juga mengatakan bahwa misi Ibrahim belum tuntas dan belum berhasil sepenuhnya mengiring ummat manusia untuk keluar dari bentuk syirik, karena dalam ayat itu berarti mengungkapkan bahkan Ibrahim pun di sangka syirik oleh mereka, tetapi tidak ada ungkapan tentang itu kepada Nuh walau pun pada saat itu Nuh pun bergelut memerangi sifat syirik dari diri manusia, tetapi oleh karena sifat syirik pada zaman Nabi Nuh belum Nampak dan pengaruhnya tidak banyak maka Al-quran pun tidak perlu mengatakan bahwa Nuh bukanlah orang yang syirik.
        Misalnya setiap wanita bisa mempergunakan mesin jahit, tapi dengan alasan itu bukan berarti bahwa setiap wanita bisa di sebut penjahit, karena untuk bisa di sebut penjahit maka dibutuhkan keterampilan khusus dalam bidang itu,demikian halnya yang berkenaan dengan Nuh, kita katakan Nuh memerangi syirik, tapi berbeda dengan Ibrahim yang memang di serahi tugas khusus untuk memerangi syirik.
      Terlepas dari contoh-contoh syirik yang dapat di ketahui oleh nalar pikiran, dizaman Ibrahim kecenderungan syirik mengambil bentuk intelektual dan filsafat,ia tidak berarti menundukan lagi diri dihadapan berhala,karena ia menjadi mampu membentuk penjelmaan halus dalam bentuk cinta dan kebencian, maka perasaan manusia telah mendapat kemajuan yang besar, sehingga kini seseorang bisa menaruh syirik intelektual tanpa sedikit pun merasa membodohi dirinya sendiri dengan bentuk-bentuk berhala, inilah yang menjadi alasan mengapa Allah tidak memerintahkan kepada Nuh untuk Taslim, tidak pula kita mendapati dirinya menjawab;

“Aslamtu lirobbil alamin” saya tunduk kepada Tuhan semesta alam.
      
       Sebaliknya Ibrahim kita dapati di perintah untuk tunduk kepada Allah yang menguasai semesta alam, tapi bukan berarti ia tunduk kepada berhala-berhala yang di ciptakan oleh kaum quraish, tetapi dalam arti yang jauh lebih dalam, bahkan lebih dalam dari bathinya dan rasa perasaannya, dan rasa perasaan Ibrahim pun menjawab; “saya menyerahkan diri saya kepada Tuhan semesta alam”.
      Suatu kesadaran yang lebih dalam dan halus tentang ke-Esaan Tuhan terangkum disini, dan sebenarnya hanya kesadaran itu yang patut di sebut nafsu mutmainnah dari ajaran tauhid di mana orang merasa bahwa seluruh hidupnya sampai hal-hal yang terkecil dari tindakan dan prilakun hidupya, benar-benar di tujukan untuk mencapai ridho ilahi dalam kehidupannya, sehingga dunia ini bukan menjadi tujuan baginya, tapi hanya merupakan jembatan saja baginya, jembatan untuk mencapai kemurahan Allah.
       Dan perbedaan antara kedudukan yang di tempati Nuh dan Ibrahim dalam keadaan ini jelas dari kejadian-kejadian dalam hidup mereka, tatkala Nuh terpaksa berhadapan dengan air bah, ia di perintahkan supaya membuat bahtera guna menyelamatkan dirinya sendiri dan sejumlah pengikutnya.
       Tetapi tatkala Allah memerintahkan Ibrahim supaya membawa istri dan anaknya ke suatu lembah yang asing dan tidak berpenduduk, kita tidak melihatnya di perintahkan supaya supaya membuat langkah-langkah tertentu agar mereka mendapatkan bantuan makanan dan air.
        Ia hanya diperintahkan untuk meninggalkan kaum musrik quraish yang masih senang menyembah berhala, tapi setelah itu ia pun di perintahkan untuk meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang gersang, dan Ibrahim mengerjakannya tanpa bimbang dan cemas sedikit pun bagaimana istri dan anaknya akan hidup, sebab ia tidak ragu sedikit pun kepada Allah, karena Allah yang akan memeberinya makan di rumah dan memelihara mereka di hutan belantara itu, jadi Ibrahim menduduki tempat yang lebih tinggi berkenaan dengan tawakkal dari pada yang di tempati Nuh, dan tawakkal yang sempurna hanya dapat tercapai pada keadaan di mana Ibrahim berada dalam kondisi seperti itu.


No comments:

Post a Comment