Tuesday, September 6, 2011

Ibrahim Pendiri Peradaban Kemanusiaan (Bab 5)

Kesempurnaan Manusia Melalui Ibrahim

          
     Begitu pula kesempurnaan kemanusiaan juga terjadi melalui Ibrahim, dan sebenarnya kesempurnaan kemanusiaan dan kesadaran sempurna akan ke-Esaan allah tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya, tanpa kesadaran sempurna akan ke-Esaan Alah maka kemanusiaan seseorang tidak akan sempurna, sedangkan tanpa adanya kesempurnaan kemanusiaan maka tidak akan dapat kesadaran yang sempurna akan ke-Esaan, keunikan, kekuatan, dan kebesaran Allah.
       Inilah sebabnya mengapa beberapa sufi berkata:
Man arofa nafsahu fakod aropa robbahu”
barang siapa yang mengenal diriya maka ia akan mengenal Tuhannya.
       
       Jadi sementara pikiran manusia maju pesat di dalam evolusinya dengan perantara Ibrahim dan filsafat kerohanian memperoleh derajat kebesaran tinggi, maka kesempurnaan orang didalam status kemanusiaanjuga dicapai melalui beliau,karena manusia ditempatkan di dalam sesuatu kedudukan yang lebih luhur dan utama di bandingkan dengan makhluk-makhuk lainnya.
     Korban manusia di larang dalam tingkatan ini, dimana sebelum zaman ini manusia tidak mempunyai nilai khas, sebab ia dipandang hanya sebagai salah satu diantara berbagai hewan lainnya yang makan, bergerak, dan hidup dengan berbagai cara yang ia lakukan, dan sebenarnya sebelum Ibrahim,nyawa manusia sering kali dikorbankan di altar pemujaan di depan berhala-berhala yang mereka buat, karena kaum qurash itu berpendapat bahwa Tuhan akan dekat kalau manusia melakukan pengorbanan untuk Tuhan, karena qurban itu berasal dari susunan tata bahasa yang sama dengan qorib yang artinya dekat, akan tetapi di zaman Ibrahim tatkala orang-orang memperoleh pengertian yang sempurna akan ke-esaan Allah, maka Ibrahim pun menetapkan bahwa qurban manusia tidak di perbolehkan lagi, karena manusia telah berkembang menjadi sesuatu yang nilainya lebih dari pada seekor binatang belaka, untuk mengangkat manusia ke derajat ini maka Ibrahim di sebut Bapak Nabi-Nabi seperti pun Adam yang di sebut Bapaknya manusia.
        Di zaman Ibrahim pengertian yang benar berkenaan hidup setelah mati terciptakan dalam pikiran manusia, dan ia di ajarkan bahwa hidup ini hanyalah suatu sarana untuk memperoleh qurb ilahi, kecuali dalam hal-hal di mana pengorbanan ditujukan untuk mencapai suatu tujuan yang lebih mulia dan lebih tinggi, selain itu pengorbanan seperti untuk hal-hal ritus takhayul atau hal-hal bodoh di larang karena pengorbanan-pengorbanan demikian hanya akan merugikan tujuan yang lebih tinggi yang baginya telah di ciptakan.
     Pada tingkatan ini pengorbanan di beri landasan rasioanal dan filsafat, di mana ia tidak lagi menjadi suatu proses lahir ritual, misalnya hidup dapat di korbankan dalam perang bila perlu dalam rangka perjuangan untuk menegakkan nilai-nilai dan cita-cita yang tanpa itu kehidupan manusia menjadi tidak berharga, itu menjadi pegorbanan suatu benda yang bernilai lebih rendah untuk suatu benda yang lebih tinggi, dan dalam hal ini satu atau lebih jiwa di butuhkan pengorbanan untuk kepentingan nilai-nilai yang tanpa itu nilai-nilai tersebut seluruh rencana mulia itu akan mengalami kegagalan, dengan kata lain pengorbanan di letakan atas suatu dasar yang rasional dan filosofis, dalam beberapa hal, itu di perbolehkan, bahkan wajib, sedangkan dalam hal-hal lain itu di larang keras, dan serempak dengan pertumbuhan konsep ini, timbullah pikiran bahwa manusia adalah makhluk tertinggi dari semua ciptaan, dengan melahirkan bentuk tasawwuf  yang paling awal, yang pada umumnya di artikan sebagai mistik, manusia mulai menyadari tujuan penciptaannya adalah bahwa ia harus meraih keridhoan kholiq-Nya dan menjadi kekasih Allah, tasawwuf dalam pengetian ini di mulai sejak zaman Ibrahim, sekali pun yang di letakkan hanya dasar pertama namun pada akhirnya berkembang menjadi puncak-puncak besar pada zaman Nabi Muhammad, perubahan di dalam pikiran orang ini datang karena telah di tetapkan bahwa membunuh manusia untuk pengorbanan kepada Tuhan tidak di perbolehkan lagi, karena larangan itu berdasarkan kenyataan bahwa manusia di ciptakan dengan tujuan yang suci tertentu supaya menjadi kekasih Allah, sehingga makin banyak pikiran di berikan untuk kewajiban mewujudkan tujuan dasar ini.
 

Ibrahim Pendiri Peradaban Sempurna

     
     Tatkala qurban manusia menjadi hal yang di larang, maka tentu saja pikiran manusia cenderung berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada dialam dunia ini diciptakan untuk kepentingannya, dan ini mengkonsentrasikan kekuatan akal pikiran manusia sepenuhnya kepada tugas misteri-misteri tenaga-tenaga alam,dan pada pengembangan cara-cara hidup yang lebih baik dan makin luhur ke arah suatu kebudayaan yang sempurna, karena itu jalan ke arah bentuk peradaban yang lebih tinggi dan lebih sempurna juga di katakan terjadi di zaman Ibrahim,dimana sebelum zaman ini manusia hanyalah pecinta dan pengabdi, tapi pikiran bagaimana cara yang lebih baik untuk menjadi kekasih Allah belum masuk ke dalam otaknya, mereka melakukan peribadatan kepada Allah berdasar pencarian menurut akal pikirannya yang belum sempurna sehingga ada bahaya dimana mereka melakukan ritus-ritus bodoh, sebab rasa perasaan dirinya belum cukup tajam untuk bisa memahami filsafat yang lebih halus, tetapi pada saat itu muncullah Ibrahim yang telah mencapai suatu perkembangan mental dimana rahasia-rahasia ini dibukakan baginya, Ibrahim menguraikan filsafat manusia sebagai kekasih Allah, dan oleh karena sang pecinta tidak akan suka kalau hidup kekasihnya di sia-siakan, maka pengorbanan manusia pun di hentikan pada zaman Ibrahim, dan inilah adalah benih-benih dasar tasawwuf.
        Demikian pula periode Ibrahim adalah periode tatkala filsafat kehidupan manusia mulai di mengerti sepantasnya, sebab kepada manusia telah dikembangkan,segi pandangan bahwa hidupnya bukan tidak berarti malahan adalah suatu rahmat besar sendiri dan suatu kesempatan untuk membangkitkan kekuatan untuk kemajuan di masa datang.
     
   padahal nama Ibrahim sendiri sebenarnya berasal dari nama Brahmana dalam Agama Hindu. 

No comments:

Post a Comment