Tuesday, September 6, 2011

Mutu-Mutu Musa (Bab 5)

Mutu-Mutu Musa


       
        Dalam dirinya Nabi Ahmad (Muhammad) juga menggabungkan sifat-sifat Musa, sebagai mana kita lihat dalam Al-qur’an ;

“yakni, sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rosul kepada kamu, yang menjadi saksi atasmu, seperti Kami telah mengutus seorang Rosul kepada fir’aun”(Q.S 73:16).

         Tetapi kemiripan Musa dan Nabi Ahmad (Muhammad) ini sebagaimana yang muncul dalam Al-qur’an, bukanlah kemiripan di antara dua barang dengan mutu yang sama, tetapi kemiripan di ntara dua barang yang satunya lebih tinggi dari yang lainnya,atau seperti buah apel, yang sama-sama apel tapi yang satu apel merah dan yang lainnya apel hijau, walau pun jenisnya sama tapi yang satu lebih tinggi dari yang lainnya, oleh karena itu kita dapati di mana ajaran pada Al-qur’an lebih tinggi dari pada ajaran yang pernah di sampaikan kepada Nabi Musa, sedikit contoh Kami sebutkan di sini ;
     1.Tentang Musa Allah berfirman bahwa satu kitab yang berisi suatu pembicaraan penuh di berikan kepadanya; sedangkan tentang Al-qur’an Allah berfirman ;

“Ia bukanlah suatu yang di buat-buat, melainkan suatu pemenuhan dari apa yang telah ada sebelumnya dan penjelasan terperinci tentang segala sesuatu, dan suatu petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman”. (Q.S 12:112).

           Dengan kata lain orang tidak perlu mempermasalahkan, bahwa oleh karena Musa telah di beri suatu petunjuk yang komplit, di mana letaknya arti ajaran terakhir ini ? sebab, sebaliknya dari suatu pemalsuan yang tidak perlu, ini adalah suatu kitab yang berkenaan dengannya terdapat nubuwatan didalam kitab-kitab suci sebelumnya, nubuwatan yang benar-benar di penuhinya, karena itu seorang Rosul yang tentang kedatangannya telah di beritahukan kepada Musa sendiri tidak pelu di katakan sia-sia dan tidak perlu, sebenarnya dalam keadaan yang demikian ia seharusnya menyampaikan pesan yang tidak pernah di sampaikan oleh rosul-rosul terdahulu,sebab kalau tidak demikian tidak ada alasan mengapa Musa menaruh harapan kedatangannya, kenyataannya Musa berbicara tentang rosul yang akan datang setelahnya, menyatakan dengan pasti masih di perlukan seorang rosul lain, yang lebih lengkap dalam menyampaikan dan lebih sempurna dalam memahamkan;
     2.Musa berkata ;

“Wahai Tuhan perlihatkanlah kepadaku suatu pemandangan tentang Diri Engkau”.
(Q.S 7:144).

          Jawaban bagi permintaan ini hanya dinyatakan secara singkat. Sebagian orang berpendapat bahwa pemandangan tentang Allah telah di berikan kepada Musa, sementara yang lain cenderung berpendapat, bahwa pemandangan itu tidak di berikan, tetapi Nabi suci tidak pernah mengajukan permohonan bahwa ia ingin melihat Allah, sebaliknya Allah sendiri telah berfirman bahwa Dia telah memberi Ahmad(Muhammad) suatu pemandangan yang penuh dan sempurna tentang Diri-Nya.
         Kita lihat dalam Al-qur’an ;

“Kemudian ia (rosulullah) mendekati (Allah) lalu Dia(Allah) kian dekat kepadanya, maka jadilah ia (seakan-akan) seutas tali dan dua buah busur atau lebih dekat lagi”.
(Q.S 53:8-9)

           Yakni Muhammad dan Dzat Ilahi adalah seperti dua buah busur, yang saling mendekat sehingga tali yang satu menjadi tali bagi yang lain (mencapai titik di mana tali-tali itu bersinggungan, yang satu berhadapan penuh dengan yang lain) seluruhnya terlihat dari satu titik ke titik lain, dengan perkataan lain Nabi Ahmad(Muhammad) menerangkan lebih banyak dalam hal pencapaian kepada Dzat Ilahi atas dasar pemandangan penuh dari pada yang di sampaikan Musa kepada kaumnya ;
      3.Berkenaan dengan Musa Al-qur’an berkata ;

“Dan secara langsung Allah berbicara kepada Musa”. (Q.S 4 : 165)

         Tetapi tentang Nabi Ahmad(Muhammad) Al-qur’an berkata ;

“Sungguh Kami menurunkan wahyu kepada engkau seperti Kami telah menurunkan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi sesudahnya, dan Kami telah menurunkan wahyu kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, anak-anaknya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami memberi Daud suatu kitab dan kami mengutus beberapa Rosul yang tidak Kami sebutkan kepada enkau, dan Allah berkata kepada Musa secara khusus”, (Q.S 4:164-165).

            Dengan perkataan lain Nabi Ahmad (Muhammad) di beri mutu-mutu dari semua Nabi ini, termasuk sifat khas Musa bahwa Tuhan berbicara langsung kepada Musa, wahyu yang diturunkan kepada Ahmad(Muhammad) mencakup hal keistimewaan-keistimewaan semua ajaran, dan dispensasi-dispensai sebelumnya, dengan kelebihan tambahan bahwa tatkala Musa menerima wahyu,ia hanya menjaga arti dan maksud,bukan kata-kata khasnya, tetapi dalam hal Nabi Ahmad(Muhammad) karena dunia telah mencapai tingkatan kemajuan yang tinggi yang memerlukan ajaran syariat terakhir yang sangat lengkap, maka sekarang perlu bahwa harus di pelihara dalam kata-kata sebagaimana ia di turunkan, Allah berfirman dalam Al-qur’an (Q.S 75: 18-19).

“Yakni kewajiban mengumpulkannya dan menjaganya agar terus menerus di baca terletak pada Kami, karena itu bila mana Kami membacakannya kepadamu, ikuti sajalah bacaan Kami (tanpa memeikirkan bagaimana kamu akan memeliharanya dalam pikiranmu)”.

           Begitu pula di tempat lain kita baca (Q.S 15:10);

“Tanpa keraguan adalah Kami yang menurunkan pesan itu, dan pasti Kami sendiri yang akan menjaganya dan memeliharanya (jelas baik mengenai bahasanya mau pun jiwanya).


No comments:

Post a Comment