Tuesday, September 6, 2011

Qiyamat Ruhani (Buku Qiyamat Bab 4)

Bagian Ke empat

Qiyamat Ruhani

 


   
      Hukum yang sama berlaku pula bagi dunia ke-Ruhanian, di mana keberhasilan yang nyata dalam lapangan ini juga bergantung kepada Revolusi atau Qiyamat Ruhani, karena tidak ada suatu gerakan Ruhani yang berhasil tanpa semangat dan desakan dari dalam diri, keberhasilan yang bertumpu kepada suatu dasar lain berarti ia menentang hukum alam yang tidak dapat di abaikan, sebab hukum alam itu sunnatullah yang dari padanya tidak ada yang bisa di robah dan tidak ada yang bisa lepas dari sunatullah.
        Qiyamat itu pula berarti sebuah Revolusi atau pembaruan dan perubahan yang datang secara menyeluruh, karena bila anda ingin mendirikan sebuah susunan baru di atas suatu susunan lama, dengan rancangan yang benar-benar baru, maka bangunan yang lama harus di robohkan lebih dulu, di robohkan berkeping-keping dan di ratakan dengan tanah, hanya orang dungu yang mencoba untuk membangun sesuatu yang baru tapi ia berniat untuk mempertahankan bangunan lama dengan utuh, seperti itulah peran qiyamat ruhani dalam diri kita, adalah suatu hal yang bodoh ketika kita membidik sasaran atau target, namun kita masih sayang untuk melepas anak panahnya.
        Allah senantiasa membuat suatu kemajuan dan pembaruan dalam dunia keruhanian tergantung kepada Qiyamat Ruhani atau Revolusi yang di jalankan oleh manusianya itu sendiri, dan ini di abadikan dalam (Q.S 6 : 48-49);
    
“Dan tidaklah kami untus Rosul-rosul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan memberi peringatan bagi segenap manusia, maka barang siapa yang beriman dan memperbaiki diri, maka tidak ada rasa takut pada diri mereka (tentang qiyamat), dan tidak pula mereka berduka cita atau menyesal (tentang yang sudah-sudah), sedangkan mereka yang mendustakan utusan-utusan Allah tersebut maka siksaan dalam hati mereka dan siksaan bencana  yang akan menimpa mereka di sebabkan kedurhakaannya.
      

Maksudnya yakni manakala Allah mengutus Rosul, maka ia selalu memproklamirkan dua hal yaitu :

1.      Menghapus tertib yang ada dan menggantinya dengan kabar baru yang lebih menggembirakan.

2.      Dan sehubungan dengan tertib baru yang di bawanya itu maka ia akan mengumumkan secara pasti bahwa tertib tersebut akan di bangun di dunia ini secara murni tanpa ada sedikit pun perubahan atau penyesuaian agar ia bisa di terima bangsa ini dan itu, dan sekurang-kurangnya pesan baru yang di bawanya itu akan bertahan selama 800 tahun lamanya, sampai Allah kembali menurunkan utusannya yang baru yang sesuai dengan kondisi alam dan perubahan zaman.

           
      Mereka yang munundukkan dirinya kepada aturan ini dan membentuk diri selaras dengan aturan-aturan yang di kehendakinya maka ia akan bertahan dan makmur, tetapi mereka yang menolak atau kafir terhadapnya, maka ia akan berangsur-angsur lenyap.
         
      Ashlaha berarti membuat suatu barang yang selaras dengan suatu benda atau yang senilai dengannya, karena itu “Amal Shaleh” (tindakan baik) dalam hubungan ini adalah tindakan yang selaras dengan syarat-syarat atau aturan-aturan baru dan situasi baru yang di bawa oleh utusan baru, dan hendaklah di ingat dengan sebaik-baiknya bahwa makna Amal Shaleh pada umumnya di artikan sebagai tindakan-tindakan yang baik, tapi sebenarnya kata itu jauh lebih luas dari itu,karena ada suatu perbedaan penting diantara keduanya, sebagai misal melakukan sholat adalah suatu hal yang baik, tapi bila mana seseorang menyibukkan dirinya dengan sholat sedangkan ia berada dalam situasi perang dan yang di butuhkan saat itu adalah perang atau jihad, maka tindakannya itu tidak di katakan amal shaleh, begitu pun berpuasa adalah hal yang baik, namun ketika ia di lakukan saat Nabi sedang perang atau jihad maka nabi pun berkata ; bahwa mereka yang tidak berpuasa lebih maju dan lebih gagah berani di bandingkan dengan mereka yang berpuasa, karena yang di belakang ini yang sedang berpuasa pada saat yang di butuhkan dan di perlukan adalah suatu tindakan lain seperti jihad, maka puasanya tersebut bukanlah  merupakan suatu tindakan yang di sebut amal shaleh.
             
      Karena itu ungkapan “Man Amana Wa Ashlaha”dalam ayat tersebut bukan berarti bahwa orang yang beriman kepada Nabi itu yang melakukan sholat atau puasa di saat Nabi membutuhkannya dalam situasi yang lain, perkataan itu bisa di katakan bahwa orang-orang yang percaya dan kemudian ia membentuk sikap, perigai dan tindakan-tindakan mereka diselaraskan dengan sifat dan tujuan dari pesan baru yang dibawa oleh rosulnya itu jadi amal shaleh itu sebenarnya adalah bata dan batu bagi sebuah bangunan yang sedang di bangun oleh rosul, maka bagi mereka yang memiliki pondasi keimanan yang kuat seperti batu untuk pondasi gedung dan ia tidak akan di landa kehancuran dan ketakutan karena bangunan dirinya akan berdiri dengan kokoh, sebaliknya mereka dan tidak menyelaraskan dirinya dengan pesan baru yang dibawa oleh utusan baru Allah,dan masih ragu-ragu juga masih menduakan imannya di antara pesan baru dan pesan lama, maka siksaan dari Allah akan datang dan menghancurkan bangunan mental mereka, seperti sebuah gedung tua yang di ratakan dengan tanah, dan ia akan menjadi seperti buih di lautan.

No comments:

Post a Comment