Tuesday, September 6, 2011

Arti Din Secara Haqiqat (Bab 5)

Arti Din Secara Haqiqat


      
        Secara umum kebanyakan orang-orang memahami makna “Din” sebagai A-Gama, namun kalau kita perhatikan makna “Din” lebih dalam, maka kita akan mendapati suatu kesimpulan yang benar-benar berbeda tentang itu, mungkin ada sebagian orang yang berpendapat kalau bahasa itu tidak terlalu penting dan itu hanya sebuah kata dan hanya masalah redaksi saja, tapi dalam kenyataannya bahasa akan membuat orang salah dalam memaknai sesuatu dari apa yang dimaksudkan tentangnya, contohnya ketika ada seseorang yang berkata “pa didi makan tikus” berbeda kata dengan “padi di makan tikus”, jelas walau pun ia berbeda koma,namun kata tersebut akan membedakan tujuan dan makna yang tersirat di dalamnya,jadi kebenaran dalam bahasa itu adalah suatu yang sangat penting dan sakral,dan tidak sedikit orang yang pada akhirnya salah dan terjerumus dalam kebodohan yang nyata,karena adanya penyimpangan makna yang diberikan kepadanya, dari kesalahan bahasa itulah kolonial belanda dapat memecah belah islam yang ada diIndonesia,salah satu contoh terbesar yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi orang-orang Indonesia adalah mengikuti paham D.r Snough Hougrounge yang mengubah kedudukan dari makna “Din” yang diartikannya sebagai A-Gama, padahal kalau kita melihat dan memperhatikan dengan teliti, maka kita akan mendapat suatu pelajaran bahwa hak telah di campur adukan dengan sesuatu yang bathil, karena makna A-Gama itu berasal dari bahasa sangsekerta, yang artinya tidak kacau, berasal dari dua suku kata yaitu dari kata A dan GAMA, yang mana A artinya tidak,dan GAMA artinya kacau, jadi Agama itu artinya adalah “tidak kacau” kata tersebut sebenarnya tidak pas dan tidak cocok sama sekali untuk menggantikan makna “Din”, karena akan terjadi suatu penyimpangan yang sangat jauh sekali dari makna yang terkandung di dalamnya ketika “Din” di maknai sebagai A-Gama.
  
Dalam Al-qur’an surat 2 Al-baqoroh ayat 4, di katakan ;

“Maliki yaumud din”  yang artinya “(Allah) penguasa hari pembalasan”.
   
           Dari ayat tersebut seharusnya kita dapat menarik kesimpulan bahwa Allah adalah penguasa hari “Din” di mana dalam ayat tersebut “Din” di artikan sebagai pembalasan, lalu apa yang akan mendapat balasan dalam diri kita ? tentunya jiwalah yang akan menerima balasan dari apa yang kita perbuat di dunia ini, jadi “Din” tersebut akan lebih cocok dan sesuai dengan makna sebenarnya dari apa yang dimaksud oleh rosul apabila Din di artikan sebagai Ruhani atau Jiwa, di bandingkan Din yang di maknai sebagai Agama, karena akan terjadi pemahaman yang sangat menyimpang dari makna yang sebenarnya apabila Din di maknai sebagai Agama, tapi memang sedikit susah mengubah sesuatu yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, karena kebiasaan yang terus di ulang-ulang walau pun itu salah namun ia akan menjadi sebuah kebenaran yang di pahami oleh masyarakat Indonesia secara luas, cobalah untuk mengubah kedudukan setiap kata yang asalnya Agama di ganti dengan kata Jiwa atau Ruhani, maka ia akan menjadi lebih tepat sasaran, salah satu contoh dalam surat Al-qur’an berikut ini ;

“inna dina indallahil islam”.

Artinya ; “sesungguhnya jiwa(din) yang akan kembali di sisi Allah itu adalah  pasrah.

        Sebagai mana kita ketahui bahwa yang akan kembali kepada Allah dan yang di terima kembali disisi Allah itu adalah jiwa, karena jiwa itu adalah unsur yang abadi yang ada di dalam diri manusia, maka tanyakan kepada ulama manapun yang ada di dunia ini, apa yang akan kembali dari diri kita di sisi Allah ? pastilah mereka akan menjawab bahwa jiwalah yang akan kembali dan di terima di sisi Allah, sedangkan raga, pikiran, hati dan nafsu akan membusuk di dalam kuburan, artinya menjadi hal yang tidak sesuai dengan makna yang di berikan rosul kepadanya apabila din di artikan sebagai Agama (tidak kacau) karena dengan itu maka makna dari ayat suci Al-qur’an di atas pun akan berbunyi seperti ini ;

Sesungguhnya tidak-kacau(Agama) yang diterima kembali di sisi Allah itu adalah pasrah.

        Begitu pun ayat di bawah ini akan lebih pas apabila setiap kata Agama di ganti kedudukannya dengan kata jiwa atau ruhani, maka ia akan lebih bermakna luas dalam diri kita dan ruh dari makna itu akan kembali kepada kebenaran yang datang dari Allah :

“Pada hari ini orang-orang yang tertutup(kafir)mata hatinya,telah putus asa dari merusak  jiwamu(ruhanimu), sebab itu jangalah takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku,pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk jiwamu (ruhanimu), dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi kepasrahan (islam) jiwamu(din)”.(Q.S 5:4).

 Namun ia akan menyimpang dari makna yang sebenarnya apabila Din di ayat tersebut di maknai sebagai Agama (tidak-kacau), maka cobalah untuk menelitinya secara seksama;
 
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa dari merusak tidak-kacaumu (Agamamu), sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku, pada hari ini telah Aku sempurnakan  untukmu tidak-kacaumu (Agamamu) dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,dan telah Ku-rihoi kepasrahan (islam) jadi tidak-kacaumu (agamamu)

          Artinya di lihat dari segi mana pun kata “Din” yang di maknai sebagai Agama akan menjadi suatu penyelewengan yang sangat jauh yang di lakukan oleh kolonialisme belanda ketika mereka hendak menjajah Negara Indonesia ini, karena makna “Din” yang di ubah kedudukan dan maknanya menjadi sebuah Agama itu awal-mulanya datang dari seorang misionaris belanda yang bernama D.r Snough Hougrounge, sehingga kedudukan islam pun secara total berubah haluan dan arah.Sepertinya masalah bahasa itu hal yang sepele bahkan ada sebagian orang berpendapat hal tersebut tidak boleh terlalu di permasalahkan, namun kalau kita melihat epek psikologis yang di timbulkan dari padanya hal tersebut sebenarnya sangat patal sekali bagi perkembangan jiwa orang-orang islam, itulah mengapa Agama terbukti gagal membentuk karakter bangsa ini, dan penyepelean terhadap masalah bahasa itu sama halnya penyepelean seorang pilot ketika ada sebuah baut yang lepas dari salah satu baling-baling pesawatnya, memang awalnya ia tidak akan menjadi suatu masalah yang besar, tapi ketika ia di biarkan dan pilot pun tetap lepas landas tanpa menghiraukan hal sepele tersebut, maka dapat dipastikan pesawatnya akan oleng di tengah jalan dan itu akan mengakibatkan pesawat tersebut jatuh dan hancur, maka seperti itulah kenyataan yang terjadi dalam islam sekarang ini, di mana kenyataan membuktikan islam kini telah terpecah belah, dan semua itu berasal dari kesalahan dalam bahasa.

No comments:

Post a Comment